kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tahun lalu, BRI meraup laba senilai Rp 18,660 triliun


Sabtu, 30 Januari 2021 / 17:00 WIB
Tahun lalu, BRI meraup laba senilai Rp 18,660 triliun

Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi benar memukul ekonomi, tak terkecuali buat industri perbankan. Bank terbesar di tanah air, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan penurunan laba sampai 45,8% sepanjang tahun lalu.

Meski demikian, tren penurunan sejatinya telah dilampaui pada kuartal 2-2020, setelahnya laba kuartalan BRI kembali tumbuh positif.

Dari laporan keuangan BRI tercatat tahun lalu BRI meraup laba senilai Rp 18,660 triliun, terkontraksi 45,8% (yoy) dibandingkan 2019 senilai Rp 34,414 triliun.

Adapun laba paling kecil dicatat BRI pada kuartal II-2020 senilai Rp 2,031 triliun merosot 75,14% (qoq) dibandingkan kuartal I-2020 senilai Rp 8,170 triliun.

Sementara pada kuartal III-2020 senilai Rp 3,953 triliun atau tumbuh 94,6% (qoq), dan kuartal IV-2020 Rp 4,507 triliun dengan pertumbuhan 14,01% (qoq).

Baca Juga: Tahun ini, BRI anggarkan capex untuk pengembangan IT sebesar Rp 3,5 triliun

“Kami pernah satu bulan sama sekali tidak mendapat laba, karena seluruh sumber daya kami alokasikan untuk restrukturisasi. Namun mulai kuartal III-IV sudah mulai tumbuh positif kembali,” ungkap Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan publik, Jumat (29/1).

Salah satu penyebab tergerusnya laba perseroan akibat aksi pemupukan pencadangan yang cukup tinggi. Sampai akhir tahun lalu, BRI telah berhasil membentuk pencadangan hingga Rp 64,1 triliun atau setara 248,0% dari nilai non performing loan (NPL).

Sunarso menambahkan besarnya rasio pencadangan yang dibentuk perseroan dilakukan agar perseroan kelak bisa melakukan mitigasi risiko dengan baik.

Maklum, bank terbesar di tanah air ini juga menjadi bank dengan nilai restrukturisasi kredit imbas pandemi paling tinggi, nilainya mencapai Rp 186,6 triliun ini setara 21,2% dari portofolio kreditnya.

Sementara penyaluran kredit BRI sejatinya masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 3,9% (yoy) menjadi Rp 938,374 triliun.

Segmen mikro menjadi penopang dengan pertumbuhan sebesar 14,18% (yoy). Segmen lain pun masih mencatat pertumbuhan yang positif kecuali dari korporasi yang terkontraksi 11,56% (yoy).

“Saya kira penurunan eksposur di segmen korporasi memang tepat karena kami memang cukup hati-hati menyalurkan kredit korporasi dan fokus ke segmen mikro, dan UMKM,” sambung Sunarso.

Baca Juga: Bidik pertumbuhan KPR 17% pada 2021, Bank BRI (BBRI) sasar kalangan milenial

Dari paparan perseroan, segmen korporasi memang jadi biang keladi meningkatnya rasio NPL perseroan dari 2,94% pada 2019 menjadi 2,94% akhir tahun lalu. NPL segmen korporasi mencapai 12,58%.

Ke depannya Sunarso juga bilang penyaluran kredit di segmen korporasi akan dikendalikan, agar pertumbuhannya tak melebihi eksposur di segmen mikro yang mencatat NPL relatif rendah sebesar 0,83%.

“Kami akan makin fokus mencari sumber pertumbuhan baru pada dua area, pertama adalah nasabah existing yang telah naik kelas, dan segmen ultra mikro,” ungkap Sunarso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×