kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun 2026, Bukit Asam (PTBA) menargetkan 50% pendapatan berasal dari bisnis energi


Rabu, 24 November 2021 / 08:15 WIB
 Tahun 2026, Bukit Asam (PTBA) menargetkan 50% pendapatan berasal dari bisnis energi

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk berambisi menjadi perusahaan energi. Tidak tanggung-tanggung, emiten pelat merah berkode saham PTBA ini mencanangkan agar 50% dari pendapatan perusahaan di tahun 2026 mendatang berasal dari segmen bisnis energi, sedang 50% sisanya berasal dari bisnis batubara.

Rencana ini diungkapkan oleh Direktur Utama PTBA, Suryo Eko Hadianto di hari kedua acara Virtual The 10th Indonesia EBTKE Conex New Renewable and Energy Conservation 2021, Selasa (23/11). “Di dalam bisnis energi ini kita akan masuk pada pengembangan energi baru terbarukan, yaitu peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis EBT,” ujar Suryo dalam webinar (23/11).

Sebagai gambaran, pendapatan dari penjualan batubara PTBA di sepanjang tahun 2020 lalu mencapai Rp 17,07 triliun atau setara 98,54% total pendapatan konsolidasi PTBA pada tahun ini. Sisanya berasal dari pendapatan dari aktivitas lainnya.

Baca Juga: Begini perkembangan proyek hilirisasi batubara menjadi DME milik Bukit Asam (PTBA)

Sebagai pendatang di bisnis energi, PTBA cukup optimistis. Suryo bilang, PTBA memiliki lahan izin usaha pertambangan (IUP) seluas 93 ribu hektar (ha). PTBA sudah merampungkan pembebasan lahan atas sebagian dari lahan 93 ribu ha tersebut, sehingga merasa siap memanfaatkan lahan untuk memasang pembangkit listrik berbasis EBT seperti tenaga surya.

Ketersediaan lahan yang luas, menurut Suryo, merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).“Untuk membangun sebuah PLTS, itu untuk 1 MW membutuhkan sekitar 1 hektar lahan. Nah ini merupakan kekuatan utama bukit asam untuk masuk ke PLTS,” ujar Suryo.

Sejauh ini, PTBA sudah mulai ‘merintis’ pengembangan PLTS di sejumlah wilayah, salah satunya pengembangan solar panel power plant 241 kWp bersama Angkasa Pura II untuk mendukung program eco-airport.

Contoh pengembangan PLTS lainnya yang juga dirintis ialah proyek solar panel irrigation pump di sejumlah wilayah, yakni Talawi, Sumatera Barat (16,5 kWp), Pesawaran, Lampung (38,5 kWp), dan Tj Raja, Sumatera Selatan (18,75 kWp). PLTS-PLTS skala kecil ini merupakan program Corporate Social Responsibility alias CSR PTBA. Fungsinya ialah untuk melistriki pompa air dan irigasi teknis guna membantu petani di daerah-daerah tersebut.

“Sambil menyelam minum air, jadi kami sembil mengembangkan CSR memberdayakan petani-petani tersebut, kami sambil belajar bagaimana mengelola PLTS sedemikian rupa, sehingga nantinya pada saat bukit asam masuk ke PLTS skala besar, PTBA sudah punya pengalaman operasionalnya, manajemennya, perawatannya, dan sebagainya,” terang Surya.

Menurut Surya, ambisi untuk menjadi perusahaan energi di tahun 2026 sejatinya merupakan bagian program-program strategi jangka panjang PTBA dalam mendukung program net zero emission pemerintah di tahun 2060. Selain menjadi perusahaan energi, program lainnya yang juga dicanangkan PTBA meliputi program coal-to-chemicals industry development melalui hilirisasi batubara yang memberikan nilai tambah, manajemen karbon. 

Pada program  coal-to-chemicals industry development, PTBA menjalin kerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemical Inc untuk proyek gasifikasi  program pemrosesan batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

 

Rencananya, proyek gasifikasi batubara  dalam kerja sama ini akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun untuk diproses menjadi 1,4 juta ton dimethyl eter (DME). Produk ini diproyeksikan mampu membantu mengurangi impor LPG sebanyak lebih dari 1 juta ton per tahun.

Sementara itu, pada program manajemen karbon, PTBA mencanangkan reduksi emisi kegiatan operasional melalui berbagai cara, mulai dari mengganti peralatan tambang yang berbasis diesel menjadi berbasis listrik alias  elektrifikasi peralatan tambang, reforestasi, optimasi hauling road, dan masih banyak lagi. 

Program manajemen karbon lainnya yang juga dicanangkan PTBA meliputi program  carbon offset dan studi pengembangan teknologi carbon capture utility storage (CCUS) melalui kerja sama dengan lembaga penelitian maupun dengan profesional yang berpengalaman.

Selanjutnya: Bukit Asam (PTBA) pasang target produksi 37 juta ton batubara pada tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×