Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan target yang disampaikan Presiden Joko Widodo bahwa ekspor besi baja akan tembus US$ 28 miliar-US$ 30 miliar pada 2022 atau tumbuh 43% year on year (yoy), sejumlah emiten produsen besi baja memacu penjualan ke luar negeri.
Direkrut Komersial PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), Melati Sarnita menjelaskan terkait dengan target ekspor yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada sambutan kegiatan B20 Indonesia Summit, tentu KRAS mendukung dan menyambut baik akan hal ini karena dari peningkatan ekspor akan memberi dampak positif bagi penambahan devisa negara.
Melati menjelaskan lebih lanjut, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk ekspor besi dan baja, diketahui bahwa mayoritas merupakan produk stainless steel di mana volume ekspor tahun 2020 mencapai 5,7 juta ton yang terdiri dari 2,9 juta ton Stainless Steel dan 2,8 juta ton Baja Karbon sehingga Indonesia saat ini adalah net exporter untuk Stainless Steel.
Sementara itu, untuk baja karbon sendiri posisi Indonesia adalah sebagai net importer. Selama bertahun-tahun, Indonesia telah menjadi tujuan ekspor dari beberapa negara eksportir baja yang menyebabkan rendahnya utilisasi kapasitas produsen baja karbon dalam negeri yang hanya kurang dari 54%. Adapun untuk di 2021, impor baja diproyeksikan masih berada di peringkat kedua komoditas impor non-migas Indonesia.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia Dapat Penuhi Kebutuhan Nikel, Bauksit dan Timah Dunia
"Dalam posisinya sebagai BUMN, KRAS fokus pada pemenuhan kebutuhan pasar domestik terlebih dahulu. Namun demikian, dalam kondisi tertentu seperti adanya penurunan permintaan pasar domestik, ekspor menjadi penyeimbang dan alternatif lain untuk mendorong penjualan KRAS," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/1).
Lantas, mengenai rencana penjualan ekspor, Melati mengungkapkan, Krakatau Steel telah melakukan dan merencanakan beberapa hal, di antaranya menjaga pasar tradisional ekspor KRAS seperti Malaysia dan Australia dengan menambah kuantitas ekspor dan jumlah konsumen.
Kemudian, KRAS juga akan ekspansi pasar baru untuk ekspor. Pada awal 2022 KRAS telah melakukan ekspor 27.000 ton Hot Rolled Coil (HRC) ke Pakistan untuk pertama kali, serta sedang proses loading ekspor ke Italia sebesar 30.000 ton HRC. "KRAS juga akan berupaya ekspor ke pasar baru lainnya seperti Middle East, Afrika, Asia Selatan, dan beberapa negara ASEAN," ujar Melati.
Tentu saja, selain memantapkan posisinya di pasar ekspor, KRAS juga ekspansi penambahan kapasitas pabrik. Melati bilang, dengan adanya pabrik Hot Strip Mill 2 (HSM#2) yang diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo, dapat menambah kapasitas produksi KRAS untuk produk Hot Rolled Coil/HRC (Baja lembaran canai panas).
Pada tahap awal, pabrik HSM#2 memproduksi HRC sebesar 1,5 juta ton per tahun, kemudian secara bertahap produksinya akan meningkat menjadi 4 juta ton per tahun.
Produksi baja KRAS dari kedua pabrik HSM#1 dan HSM#2 di tahun 2022 ditargetkan sebesar 3,1 juta ton atau meningkat sebesar 11% dibandingkan tahun 2021 yaitu 2,7 juta ton. "Dari total target tersebut, secara umum dalam kondisi ideal 80% merupakan alokasi untuk pasar domestik dan 20% untuk memenuhi pasar ekspor," terang Melati.
Di awal tahun 2022 ini, Melati melihat bahwa permintaan besi dan baja diproyeksi mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh pemulihan di berbagai sektor utama yaitu sektor konstruksi yang memiliki porsi sebesar 78% dari total konsumsi baja dan diikuti sektor otomotif secara bertahap.
Baca Juga: Selain Dongkrak Ekonomi, Nikel Menyisakan Masalah Lingkungan yang Belum Teratasi
Dengan adanya agenda bisnis dan permintaan yang tumbuh di awal tahun ini, Melati mengungkapkan,KRAS menetapkan target ekspor sebesar 270.000 ton. Jika dibandingkan dengan realisasi ekspor 2021 yang sebesar 262.715 ton, maka manajemen KRAS menargetkan penjualan ekspor tahun ini tumbuh 2,7% yoy.
Melati kembali menegaskan, meskipun KRAS akan menjangkau negara-negara ekspor lainnya atau bahkan membuka negara ekspor baru, fokus utama KRAS tentu pemenuhan atas permintaan baja dalam negeri.
Sebagai informasi, di sepanjang 2021 KRAS mencatatkan penjualan ekspor 262.715 ton dengan nilai penjualan mencapai Rp 3,2 triliun atau mengalami peningkatan 105% dari tahun 2020 yang sebesar 128.342 ton dengan nilai penjualan Rp 962 miliar.
Melati menjelaskan secara keseluruhan, di tahun 2021 prognosa nilai penjualan mencapai Rp 31,1 triliun. Nilai total penjualan ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah KRAS berdiri. Tujuan negara ekspor KRAS pada tahun 2021 yaitu Belgia, Spanyol, Jerman, Italia, Portugal, Australia, dan Malaysia.
Emiten besi dan baja lainnya, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) atau biasa dikenal Spindo, juga menargetkan kenaikan penjualan ekspor di 2022.
Sekretaris Perusahaan dan Investor Relation Spindo, Johannes W Edward menjelaskan, pihaknya menargetkan porsi ekspor tahun ini sekitar 10%-15% yang berarti naik 50% dari tahun sebelumnya. "Kami mengejar pasar ekspor karena secara kualitas dan sertifikasi sudah dapat memenuhi tuntutan kualitas Amerika dan Kanada," jelasnya saat dihubungi terpisah.
Johannes mengatakan, pasar tujuan eskpor Spindo saat ini masih berpotensi besar seperti ke Amerika, Kanada dan Australia. Namun demikian, ISSP juga akan mengusahakan untuk dapat menembus pasar Eropa dan Asia Tenggara
Salah satu produk yang penjualannya akan dipacu ke luar negeri adalah produk high value yakni sprinkler. Johannes menjelaskan bahwa pipa sprinkler digunakan untuk sistem pemadam kebakaran. Berbeda dengan Indonesia, peraturan mengenai kelengkapan sistem pemadam kebakaran pada gedung di luar negeri sangat ketat, sehingga permintaan pipa jenis ini akan terus tumbuh.
Baca Juga: Pemerintah Siap Jaga Tren Positif Ekspor Sepanjang 2021
Untuk mendukung rencananya ini, Johannes bilang, kapasitas produksi Spindo sudah sangat cukup tinggi sekarang. Hanya saja, pihaknya harus memaksimalkan promosi.
"Kami sebagai pengusaha sebetulnya memerlukan dukungan pemerintah yang lebih besar untuk dapat memperkenalkan produk-produk kami di mancanegara. Pemerintah dapat memfasilitasi, misalnya dengan mengadakan expo dan lain-lain," kata Johannes.
Lewat rencananya meningkatkan kontribusi penjualan ekspor, Spindo optimis dapat mencapai target pertumbuhan penjualan yang ditetapkan sebelumnya yaitu 30%. "Sebetulnya mayoritas drivernya masih dari penjualan domestik," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News