Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis wealth management perbankan pada tahun 2020 masih tetap tumbuh solid. Antusiasme nasabah bank berinvestasi tampaknya masih terus meningkat meskipun ada Pandemi Covid-19 yang membuat banyak orang harus lebih memperhatikan dana-dana darurat.
Perbankan optimis bisnis wealth management akan tumbuh lebih positif lagi pada tahun 2021 ini karena banyak faktor positif yang muncul yang bisa mendorong pemulihan ekonomi. Dana kelolaan diperkirakan masih akan terus bertumbuh.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya, optimis bisnis ini tumbuh positif sehingga perseroan akan fokus meningkatkan customer base melalui strategi akuisisi, khususnya para orang-orang kunci dari debitur dan mitra bisnis mereka.
Deputy General Manager Divisi Health Management Bank Negara Indonesia (BNI) Widi Hantono mengatakan, strategi akusisisi itu akan didukung dengan program referal yang menarik yaitu Emerald Get Emerald dan Family Get Emerald.
"Kami juga akan lebih intens meningkatkan bisnis dari nasabah Emerald yang sudah mencapai 92.000 lebih," kata Widi pada KONTAN, Senin (4/1). Hanya saja, ia belum bisa menyebutkan target pertumbuhan dana kelolaan yang dibidik tahun ini.
Sepanjang 2020, total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) dana nasabah wealth BNI mencapai Rp 154 triliun atau tumbuh 12% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Aset kelolaan yang tumbuh paling tinggi berasal dari reksadana yang tumbuh 37%, diikuti dengan obligasi 15%, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) 10%.
Baca Juga: Otoritas keuangan China minta Ant Group rombak bisnis
Walaupun dihadapkan dengan tekanan Covid-19, BNI masih bisa menghasilkan fee based income (FBI) sebesar Rp 350 miliar atau kurang lebih sama dengan tahun 2019. Penyesuaian suku bunga turut memberikan pilihan yang beraagam bagi nasabah BNI Emerald dalam berinvestasi. Nasabah cenderung mendiversifikasi aset dengan membeli obligasi Pemerintah dan reksadana tahun lalu.
Commonwealth Bank optimis kinerja wealth management akan membaik tahun 2021 karena perkembangan vaksin covid-19 yang positif, suku bunga acuan yang rendah, dan likuiditas yang cukup besar berkat stimulus.
Menurut Ivan Jaya EVP Head of Wealth Management & Premier Banking Commonwealth Bank, faktor-faktor itu bisa mendorong laba perusahaan tumbuh lebih baik tahun ini sehingga akan menguntungkan kelas aset saham atau reksadana.
Selain itu, lanjutnya, rencana kenaikan pajak di AS dapat memicu arus masuk dana asing dari negara maju, khususnya AS, ke negara berkembang sehingga akan mendorong kinerja pasarnya, salah satunya Indonesia.
Untuk kinerja wealth management bank ini, instrumen obligasi tercatat tumbuh tinggi sekitar 125% year on year (YoY) pada kuartal III 2020 dan meningkat sekitar 30% secara year to date (ytd). Ivan bilang, itu disebabkan oleh penurunan bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang mencapai 1,25% sepanjang tahun lalu.
Obligasi menyumbang sekitar 40%-50% terhadap total dana kelolaan wealth management bank ini. Tahun 2021, Commonwealth Bank menargetkan dana kelolaan obligasi bisa tumbuh 20%-30% YoY.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mencatat kinerja wealth management cukup baik tahun lalu. Dana kelolaan perseroan untuk produk investasi serta produk asuransi tercatat meningkat 28% YoY per November 2020. Kenaikan terbesar berasal dari produk obligasi yang tumbuh 40% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Raymon Yonarto Sekretaris BCA mengatakan, sejalan dengan peningkatan dana kelolaan tersebut maka fee based income perseroan dari bisnis itu tumbuh 60% YoY. "Melihat kondisi pasar sekarang ini serta kontribusi fee based income yang melanjutkan tren kenaikan, kami berharap ke depannya bisnis wealth management akan tumbuh positif," katanya.
Ke depan, BCA berkomitmen terus memberikan solusi sesuai dengan kebutuhan nasabah dan memberikan kemudahan bagi nasabah dalam bertransaksi solusi investasi maupun asuransi kapanpun dan dimanapun, baik di cabang maupun di channel digital Wealth Management BCA yaitu aplikasi Welma yang juga disertai beragam penawaran menarik.
Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan dana kelolaan wealth management tumbuh 17% secara tahunan (year on year) posisi per akhir November 2020 menjadi Rp 132 triliun.
Penjualan SBN oleh BRI meningkat hampir dua kali dari penjualan tahun sebelumnya, yakni sebesar 185% secara tahunan (year on year) dengan market share penjualan mendekati 12%. Sebagai mitra distribusi, Bank BRI catat total penjualan SBN Ritel pada primary market selama tahun 2020 sebesar Rp 9 triliun.
Handayani, Direktur Konsumer BRI mengatakan, FBI wealth management BRI juga meningkat siginifikan hingga 33% YoY seiring peningkatan AUM tersebut. BRI akan erupaya mengakselerasi kinerja wealth management BRI dengan menyiapkan strategi memperkuat edukasi pengelolaan keuangan kepada masyarakat dan menawarkan instrument produk dengan risiko yang relatif aman.
"Upaya tersebut akan terus dilaksanakan di 2021 sesuai komitmen BRI mendorong inklusi investasi kepada masyarakat dan nasabah. Kami optimis jika bisnis wealth management mempunyai prospek cerah dan akan terus tumbuh di masa depan," pungkas Handayani.
Selanjutnya: Bankir ramal industri perbankan baru bisa pulih di tahun 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News