Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas batubara masih panas. Tidak tanggung-tanggung, mengutip data Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak Juli 2021 sempat menembus level US$ 100 per ton, yaitu tepatnya di angka US$ 102,55 per ton pada perdagangan Kamis (13/5) lalu.
Pada perdagangan Jumat (14/5), harga batubara ICE Newcastle sempat mengalami penurunan mini ke angka US$ 99,4 per ton. Namun demikian, angka tersebut masih lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2020 yang sebesar US$ 80,10 per ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, pergerakan harga batubara di kuartal II 2021 cukup berbeda bila dibandingkan dengan pola siklus yang biasanya terjadi. Hendra mencatat, biasanya tren harga batubara melemah di kuartal II setelah sebelumnya menguat secara musiman di kuartal IV dan I karena musim dingin dan faktor-faktor lainnya.
“Kalau dilihat dengan (kuartal II) tahun lalu aja kan, kita tahun lalu harga batubara justru lagi rendah-rendahnya, di sekitar level US$ 60 per ton gitu ya,” ujar Hendra ketika dihubungi Kontan.co.id melalui sambungan telepon, Senin (17/5).
Baca Juga: Harga batubara naik, kesempatan bagi Bukit Asam (PTBA) dongkrak produksi
Lebih lanjut, Hendra menuturkan, permintaan batubara dari beberapa negara pengimpor batubara seperti misalnya China dan Jepang memang sedang baik seiring proses pemulihan ekonomi di negara-negara tersebut.
Permintaan batubara global yang baik, menurut Hendra, juga tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur di negara-negara tujuan ekspor batubara yang positif. “Kalau industri tumbuh, dia butuh energi kan. Kalau dia butuh energi, dia cari energi yang paling termurah yang paling terbesar porsinya akan batubara,” terang Hendra.
Masing-masing produsen batubara telah menyiapkan strateginya masing-masing dalam menghadapi tren penguatan harga batubara. Direktur Utama PT Harum Energy Tbk (HRUM), Ray Antonio Gunara mengatakan, HRUM akan berupaya untuk meningkatkan produksi dan penjualan batubara tahun ini guna mendulang manfaat kenaikan harga batubara sejak akhir tahun lalu.
Adapun kenaikan produksi dan penjualan yang ingin dikejar adalah sekitar 25-30% dibandingkan dengan volume produksi dan penjualan pada tahun lalu. Kenaikan ini akan dikejar dengan tetap memprioritaskan perolehan marjin operasi melalui pengelolaan biaya produksi dan operasionalnya
“Kenaikan harga batubara memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bisnis batubara Perusahaan, karena akan meningkatkan baik pendapatan dan laba Perusahaan dari marjin operasi yang lebih baik,” kata Ray kepada Kontan.co.id (17/5).
Sebagai pembanding, mengutip laporan tahunan perusahaan, HRUM secara konsolidasi mencatatkan produksi dan penjualan batubara sebanyak 2,8 juta ton di tahun 2020.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), Sudin Sudirman mengatakan bahwa kenaikan harga batubara belum tentu dibarengi oleh permintaan global yang tinggi, sebab pembeli biasanya cenderung menahan pembelian ketika harga batubara berada di level yang tinggi.
Meski begitu, Sudin menegaskan bahwa GEMS tetap produksi sesuai rencana dengan harapan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) dapat disetujui. “Strategi tidak berubah, tetap produksi sesuai rencana dg harapan revisi RKAB dapat disetujui,” katanya kepada Kontan.co.id (17/5).
Menurut catatan Kontan.co.id, sebelumnya GEMS mencanangkan target awal untuk memproduksi sebanyak 33,4 juta ton batubara. Saat ini, GEMS tengah menunggu persetujuan Kementerian ESDM untuk mengungkit target produksi tahun ini.
Hanya saja, Sudin belum membeberkan berapa kenaikan produksi yang ingin dikejar. Yang terang, rencananya kuota produksi batubara tambahan yang didapat akan dipasarkan ke target pasar eksisting seperti China, India, dan negara-negara ASEAN.
Sementara itu, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Febriati Nadira mengatakan, Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan. Hal ini akan dilakukan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
“Kami melihat outlook batubara ke depan masih akan menghadapi tantangan. Kami akan terus berupaya memaksimalkan upaya untuk terus fokus terhadap keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha,” kata Nadira kepada Kontan.co.id (17/5).
Menurut catatan Kontan.co.id, saat ini ADRO mengejar target produksi batubara sekitar 52 juta-54 juta ton di tahun 2021. Sepanjang kuartal I 2021 lalu, ADRO mencatatkan realisasi produksi batubara sebanyak 12,87 juta ton, turun 11% dibanding realisasi produksi batubara kuartal I 2020 yang mencapai 14,41 juta ton.
Selanjutnya: Volume produksi diperkirakan membaik, simak rekomendasi saham Indo Tambangraya (ITMG)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News