kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Simak peta pemilik baru dari perbankan kecil di Indonesia


Kamis, 21 Oktober 2021 / 10:35 WIB
Simak peta pemilik baru dari perbankan kecil di Indonesia

Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari

Di sisi lain, Bank Mayora, dikabarkan akan diakuisisi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Per Juni 2021, modal inti bank ini masih Rp 1,2 triliun. Bank ini sejatinya sudah berencana menambah modal lewat IPO sejak tahun 2019. Namun, sejak itu tidak ada perkembangan baru.

Irfanto Oeij ketika masih menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mayora mulai pelit bicara terkait rencana penambahan modal sejak awal 2020. "Terkait hal itu saya tidak bisa menjawab dulu," ujarnya.

Sejak Juni 2021,  Irfanto sudah tidak menjabat sebagai sebagai Direktur Utama Bank Mayora. Dia pindah menjadi Managing Director di PT Mayora Inti Utama, pemegang saham Bank Mayora. Posisinya digantikan Ricky Budiono.

Ketika Kontan.co.id mengkonfirmasi apakah benar BNI akan jadi investor strategis Bank Mayora, Irfanto masih enggan menjawab. Dia hanya mengirimkan pesan emoticon "maaf".

Sementara itu, BNI mengakui saat ini sedang membidik bank kecil untuk diakuisisi sebagai bagian langkah perseroan dalam melakukan digitalisasi. "

Melalui akuisisi bank BUKU 1 atau BUKU 2 yang sehat dan kolaborasi dengan global tech company, kami percaya akan dapat membawa BNI semakin dekat dengan program digitalisasi kami," kata Novita Anggraini, Direktur Keuangan BNI.

Baca Juga: BNI (BBNI) dikabarkan siap akuisisi bank kecil, siapa yang dibidik?

Dia menambahkan, BNI tidak terkendala dari sisi pendanaan dalam rencana akuisisi tersebut. Pasalnya, perseroan telah mengeksekusi beberapa program penguatan permodalan di bulan Maret dan September tahun ini. Apalagi kondisi profitabilitas menurutnya juga terus membaik.

Berikutnya, PT Bank Sahabat Sampoerna memastikan akan memenuhi aturan permodalan sampai akhir tahun. Namun, lagi-lagi bank ini belum mau berbagi informasi terkait mekanisme apa yang akan diambil untuk menambah modal tersebut.

Direktur Keuangan Bank Sampoerna Hengky Suryaputra hanya mengatakan, berbagai opsi yang ada terus dieksplorasi untuk dapat segera direalisasikan. "Opsi akan direalisasikan dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak, termasuk masyarakat, karyawan serta para pemegang saham," ujarnya, Rabu (20/10).

Sementara, Bank Allo yang sudah dikendalikan CT Group akan melakukan rights issue sebesar Rp 4,8 triliun pada Desember mendatang. Namun, CT Group tidak akan mengeksekusi seluruh haknya. Sebanyak 70% haknya akan dialihkan ke beberapa investor strategis.

"Sesuai dengan surat pernyataan pada 19 Oktober 2021, Mega Corpora selaku pemegang saham utama BBHI dengan kepemilikan 90% telah menyatakan hanya akan mengeksekusi 2,71 miliar saham atau sekitar 30% dari seluruh HMETD yang dimilikinya. Sisanya akan dialihkan ke beberapa investor strategis," tulis perseroan dalam prospektusnya.

Dengan asumsi Mega Corpora hanya akan mengeksekusi 30% haknya maka kepemilikannya di BBHI akan berkurang menjadi 60,8% pasca rights issue. Porsi investor strategis 29,13% dan masyarakat 10%.

Selanjutnya: Harga minyak naik, bagaimana komparasi harga BBM di sejumlah SPBU?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×