kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,22   7,82   0.87%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sedang dalam Tren Menguat, Sikap The Fed Diramal Bakal Pengaruhi Harga Bitcoin


Selasa, 31 Januari 2023 / 09:00 WIB
Sedang dalam Tren Menguat, Sikap The Fed Diramal Bakal Pengaruhi Harga Bitcoin

Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) terus bergerak naik di awal tahun ini. Nilai Bitcoin sukses mencapai level US$ 23.000, ini menjadi harga tertinggi BTC sejak Agustus 2022.

Public Relations Tokocrypto, Bianda Ludwianto menjelaskan, pergerakan Bitcoin terus menunjukkan keperkasaannya sejak dua minggu lalu. Tren bullish terjadi karena pelaku pasar berekspektasi ada kenaikan suku bunga yang lebih lambat.

Ada beberapa penyebab harga aset kripto big cap melonjak dan kemungkinan akan bull run atau melanjutkan kenaikan harga. Pasar tampaknya masih melanjutkan sentimen positif dari data inflasi Amerika Serikat yang turun.

Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) AS turun 0,1% menjadi 6,5% di bulan Desember 2022. Pada bulan November, Indeks CPI AS berada di level 7,1%. Sementara, Indeks harga produsen AS Producer Price Index (PPI) turun ke level 0,5% di bulan Desember, dari bulan sebelumnya yang naik 0,2%.

Baca Juga: Harga Bitcoin Melonjak 40% Sejak Awal Tahun, Masih Berpotensi Naik Lagi?

"Hal tersebut menambah keyakinan investor kripto bahwa The Fed dapat melakukan kenaikan suku bunga berukuran lebih kecil atau bersikap dovish sepanjang tahun 2023," imbuh Bianda saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (30/1).

Disamping itu, indeks dolar AS (DXY) terpantau masih berkinerja buruk, sehingga menjadi salah satu katalis kenaikan harga BTC. Secara historis ketika DXY turun, sentimen untuk aset berisiko seperti Bitcoin meningkat. Pasar saham AS juga masih dalam situasi baik.

Bianda bilang, dampak kenaikan Bitcoin tentu positif bagi market kripto secara keseluruhan. Sejumlah altcoin, seperti Ethereum, Cardano, Solana dan lainnya juga mengalami kenaikan harga. 

Bitcoin tetap menjadi penentu arah untuk market kripto. Pasalnya, Bitcoin memegang 45% pangsa dari seluruh market. Bitcoin juga telah ada selama 10 tahun terakhir dan merupakan aset kripto pertama.

Selain itu, kenaikan dan penurunan BTC juga berdasarkan supply dan demand. Dengan kata lain, produksi Bitcoin yang ditahan meskipun transaksi per hari cukup tinggi, bisa membuat harganya terus meroket.

Sebaliknya, ketika lebih banyak penjual Bitcoin daripada pembeli, harga BTC akan turun sampai titik harga di mana jumlah penjual dan pembeli seimbang.

Harga Bitcoin Ke depan tergantung Sikap The Fed

Bianda menuturkan, tetap saja arah dari pasar kripto akan ditentukan oleh kebijakan suku bunga. Investor patut mewaspadai pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 1 Februari 2023.

Biasanya, market akan cenderung sideways dan menurun, sehingga bisa terjadi bull trap. Perlu diingat bahwa market kripto masih sangat volatil dan tidak dapat diprediksi dengan pasti. 

Baca Juga: Harga Bitcoin Balik ke US$ 23.000, Mata Uang Kripto Ini Melesat 50%

Kalau melihat kondisi saat ini sebenarnya nilai Bitcoin memang telah sedikit koreksi. Sempat mendekati US$ 24.000 atau tepatnya di kisaran US$ 23.981, namun kini pada Senin (30/1) pagi harga turun menjadi sekitar US$ 23.760. 

Bianda mencermati penurunan tersebut salah satunya didorong oleh kabar dari Core Scientific, perusahaan penambang Bitcoin yang mengajukan kebangkrutan, sehingga investor sempat menarik diri dari market. Kemudian, Indeks dolar AS (DXY) terpantau masih bertahan di 101, namun dalam posisi naik tipis 0,04%. 

Meski begitu, secara keseluruhan industri kripto dinilai tetap bisa melanjutkan tren positif. BTC masih berada di atas level psikologisnya di kisaran US$ 20.000 dan momentum untuk bull run masih sangat besar. Terlebih banyak investor yang optimis bahwa The Fed akan bersikap lebih dovish dalam kebijakan moneternya.

Ekosistem industri kripto yang terpantau memburuk tidak terlalu menyurutkan semangat investor. Kabar bangkrutnya Genesis dan Core Scientific serta efek domino yang dapat ditimbulkannya, tidak terlalu membuat investor khawatir.

Menurut Tokocrypto, jika suku bunga AS mereda dan ekonomi tumbuh, Bitcoin dapat terus menguat. Semakin baik iklim makro, semakin baik pula untuk harga Bitcoin. Hal tersebut juga dapat membuat keseluruhan aset kripto mengalami penguatan harga lebih lanjut.

Dari segi analisis teknikal, market kripto memang dalam tren bullish. Dilihat dari Bitcoin Fear and Greed Index menginjak level Greed, dan berhasil menyentuh level 61, titik tertinggi yang pernah dicapai pada bulan Maret 2022. Kondisi bullish pasar kripto mendorong kepercayaan diri pelaku pasar.

Prospek market kripto pada Februari mendatang akan ditentukan pasca rapat FOMC dan sikap The Fed. Jika The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,25% menjadi 4,75%, maka akan berpotensi baik bagi market kripto, kemungkinan harga Bitcoin masih bisa bertahan di kisaran US$ 22.000-US$ 24.000 atau Rp 329 juta-Rp 359 juta.

Namun, jika terjadi kejutan dengan kenaikan melebihi 0,25%, maka harga BTC besar kemungkinan akan koreksi ke area US$ 20.600–US$ 21.200 atau setara Rp 308 juta-Rp 317 juta. Kemungkinan paling pahit, Bitcoin bisa menuju area US$ 18.800 atau Rp 281 juta.

Proyeksi dari jangka pendek secara teknikal, Bitcoin memiliki peluang untuk melanjutkan laju bullish, namun saat ini tekanan jual menjadi salah satu faktor terhadap penurunan harga, terlihat dari grafik relative strength index (RSI) yang turun perlahan.

Harga tertinggi Bitcoin diproyeksi kemungkinan bisa bull run menyentuh US$ 29.000-US$ 30.000 atau sekitar Rp 434 juta-Rp 449 juta di tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

×