Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Prospek Bisnis Properti di Kawasan IKN Baru Dinilai Menjanjikan
Total anggaran pembiayaannya mencapai Rp 20 miliar tetapi baru terealisasi Rp 7,7 miliar dengan 96 debitur hingga 2021.
Trisnadi mengatakan, kehadiran SMF dalam pembiayaan homestay merupakan upaya pemerintah mendorong pertumbuhan usaha sesuai dengan rencana pengembangan bisnis, membantu kelancaran arus kas usaha sesuai dengan perkembangan arus kas bisnis, membantu terhindar dari jeratan pinjaman dengan bunga tidak wajar dan mewujudkan kemandirian usaha.
Danny Januar Ismawan, Direktur Layanan Masyarakat dan Pemerintah Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo mengatakan, pengembangan jaringan telekomunikasi menjadi momen tersendiri bagi indsutri pariwisata yang mulai bangkit.
Menurutnya, kehadiran teknologi di satu tempat bisa mendorong tumbuhnya pariwisata lokal. “Adanya jaringan telekomunikasi di satu lokasi, membuat aktifitas priwisata bisa hadir di lokasi itu. misalnya dengan adanya jaringan, seseorang bisa mengambil foto untuk Instagram di lokasi,” katanya.
Saat ini Bakti Kominfo telah membangun Base Transceiver Station (BTS) di destinasi wisata prioritas antara lain di Labuan Bajo. Hingga saat ini terdapat 36 BTS eksisting, sementara 24 lokasi lainnya masih dalam proses pembangunan.
Sementara, Yuwono Imanto, Direktur PT Propan Raya ICC mengungkapkan, selaku produsen cat, selama ini pihaknya telah bekerja sama dengan kemanparekraf dalam upaya turut membantu membangun industry pariwisata.
Baca Juga: Skenario Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2022 Bila Kasus Omicron Melesat
“Kita sering melakukan kegiatan CSR seperti ajang undian desain terbaik, membangun Kawasan kumuh, dan kawasan heritage bekerjasama dengan Kemenparekraf,” ungkapnya.
Menurut Yuwono, produk cat Propan tidak hanya menyasar hotel berbintang, namun juga industry homestay dengan memproduksi cat yang dengan harga terjangkau namun berkualitas eksport.
Yuwono juga mengkritik adanya pelaku usaha pariwisata yang melakukan inovasi namun justru menghilangkan karakter jati diri bangsa Indonesia. Menurutnya, sudah selayaknya sebagai orang Indonesia harus bangga dengan jatidirinya.
"Inovasi di dunia pariwisata jangan meninggalkan DNA kita, di sini kita temui resort yang menggunakan desain luar negeri, menurut saya ini tidak tepat,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News