Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat pembiayaan multifinance masih terkoreksi akibat pandemi covid-19, aset industri multifinance pun turut berdampak turun. Data OJK mencatat aset industri multifinance di Juni 2021 turun 11,21% year-on-year menjadi Rp 435,64 triliun.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan bahwa meskipun ada koreksi dalam hal aset multifinance ini namun dinilai sudah ada perbaikan. Hal tersebut mengingat aset multifinance di tahun 2020 sempat terkoreksi hingga 18% dibandingkan tahun 2019.
“Ya walaupun perbaikannya belum ke arah positif karena memang gangguannya banyak. Ada PPKM, ada mobil produksinya terganggu karena tidak ada microchip-nya, kan banyak,” ujar Suwandi kepada KONTAN, Rabu (18/8).
Selain itu, Suwandi juga menyampaikan bahwa saat ini perusahaan multifinance yang memiliki aset-aset besar masih berasal dari perusahaan yang kepemilikannya berasal dari lokal terutama yang dimiliki oleh bank atau APM.
Baca Juga: Dongkrak pembiayaan, Clipan Finance berikan bunga 2,50% untuk tenor 3 tahun
Adapun, penurunan aset multifinance juga dialami oleh perusahaan yang juga memiliki aset jumbo yaitu PT Astra Sedaya Finance. Dalam laporan keuangan terbarunya, aset perusahaan turun 0,03% menjadi Rp 32,99 triliun di semester pertama 2021.
“Terlihat turun karena semester 1 2020 masih kondisi normal di Q1-2020 sehingga penjualan masih bagus. Jika dibandingkan terhadap posisi aset di akhir tahun 2020 telah terjadi kenaikan aset di semester 1 2021 ini,” ujar Direktur Astra Sedaya Finance Hendry Christian.
Asal tahu saja, posisi aset Astra Sedaya Finance di akhir tahun lalu sebesar Rp 31,44 miliar. Berarti, di semester pertama ini ada pertumbuhan sekitar 4,93%.
Selain Astra Sedaya Finance, ada juga BFI Finance yang mengalami penurunan aset di semester satu ini. Aset mereka terkoreksi hingga 17,78% yoy menjadi Rp 14,21 triliun.
Baca Juga: OJK bekukan sementara izin usaha Andalan Finance, entitas anak Bintraco Dharma (CARS)
Direktur BFI Finance Sudjono menilai bahwa kondisi tersebut bersifat sementara karena di saat penambahan pembiayaan baru semakin membaik, maka saldo piutang akan kembali bergerak naik.
Optimisme tersebut muncul karena perusahaan masih mencatat pertumbuhan nilai pembiayaan baru sebesar 48,7% yoy menjadi Rp6,1 triliun di semester pertama.
“Kita mengikuti dinamika kondisi yang sangat terpengaruh oleh angka pandemi, kalau pandemi tidak memburuk maka kami optimis aset akan tumbuh dibanding Juni 2021,” ungkap Sudjono kepada KONTAN, Rabu (18/8).
Hal berbeda justru terjadi pada Mandiri Tunas Finance (MTF) yang mencatatkan aset sebesar Rp 18,57 triliun. Padahal di periode yang sama sebelumnya, aset perusahaan hanya sebesar Rp 16,60 triliun.
Direktur MTF William Francis mengatakan bahwa pertumbuhan aset tersebut didorong oleh kenaikan pembiayaan sebesar 4% atau senilai Rp 9,2 triliun. Selain itu, ia juga bilang kalau kualitas aset juga mengalami perbaikan dari sisi NPF yang saat ini berada di level 1,6%.
“Kami masih optimis pencairan kredit akan tumbuh, kami memiliki target Rp 20 triliun di 2021. Jika ini tercapai, maka Aset kami masih akan tumbuh,” ujar William.
Selanjutnya: Meski industri lesu, saham emiten multifinance masih moncer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News