Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kredit hapus buku atau write-off mayoritas bank besar hingga kuartal III 2021 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hapus buku dilakukan terhadap kredit yang memang telah mengalami penurunan nilai.
Namun, pemulihan atas kredit-kredit yang sudah dihapusbukukan mengalami kenaikan sehingga menekan kerugian. Pendapatan mereka dari recovery atau pemulihan lewat penjualan agunan aset meningkat cukup baik.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya membukukan kredit hapus buku Rp 7,06 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2020 hanya tercatat Rp 5,1 triliun.
Adapun pemulihan dari penjualan kredit yang sudah turun nilai mencapai Rp 1,9 triliun atau 27% dari kredit hapus buku. Itu naik dari kuartal III 2020 yang hanya mencapai Rp 1,23 triliun atau 24% dari kredit hapus buku.
Baca Juga: Waspadai penipuan investasi yang mengatasnamakan LPS
Hapus buku kredit BNI berasal dari segmen korporasi Rp 3,14 triliun, segmen medium Rp 1,3 triliun, segmen kecil Rp 1,3 triliun dan konsumer Rp 1,21 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan write-off Rp 10,3 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini dimana pemulihannya mencapai Rp 6,5 triliun atau tingkat recovery-nya 63,2%. Itu naik 17% dari kuartal III 2020 hanya tercatat Rp 8,8 triliun dengan recovery Rp 5 triliun atau 55,7%.
Sedangkan hapus buku kredit PT Bank Mandiri Tbk sebesar Rp 9,91 triliun dengan recovery Rp 3,06 triliun atau 30,9%. Write-off ini naik 25,7% dari write-off sembilan bulan pertama tahun lalu yakni Rp 7,88 triliun dengan recovery Rp 7,88 triliun atau 31,5%.
Melansir laporan keuangan kuartal III 2021, PT Bank Central Asia Tbk dan Bank CIMB Niaga masing-masing membukukan hapus buku naik menjadi Rp 2,3 triliun dari Rp 1,72 triliun pada kuartal III 2020 dan turun dari Rp 3,3 triliun menjadi Rp 1,27 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini.
Adapun PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatat penurunan hapus buku dari Rp 2,3 triliun ke Rp 1,67 triliun. Elisabeth Novie Riswanti Direktur Wholesale Risk and Asset Management BTN mengatakan, kredit hapus buku BTN mengalami penurunan seiring membaiknya kualitas aset perseroan. Sampai akhir tahun, bank ini memproyeksi kredit hapus buku akan tetap lebih rendah dari tahun 2020.
Baca Juga: Bank Mandiri dorong UMKM naik kelas lewat Rumah BUMN
"Sampai kuartal III 2021, rasio NPL BTN ada di level 3,94% atau lebih baik 62 bps dari periode yang sama tahun lalu. Perbaikan management collection system dan penjualan aset NPL menjadi salah satu inisiatif strategis Bank BTN di tahun ini, sehingga berdampak pada perbaikan rasio-rasio kualitas kredit hingga September," kata Novie pada KONTAN, Jumat (5/11).
Adapun penerimaan BTN dari kredit yang telah dihapusbukukan hingga kuartal III mencapai Rp 214 miliar. Itu terdiri dari penerimaan pokok, bunga maupun denda. Novie bilang, pendapatan recovery ini meningkat 39% secara year on year (YoY).
Untuk mendorong pencapaian target recovery di tahun 2021 ini, BTN akan fokus pada inisiatif strategis penjualan aset NPL, termasuk kredit yang telah dilakukan hapus buku dengan melakukan penjualan aset NPL secara bulk dan menggelar investor gathering.
Selain itu, BTN juga terus mengembangkan layanan digital dengan mengoptimalkan portal Rumah Murah BTN yang berisi agunan-agunan yang akan dijual sehingga lebih banyak investor yang dapat mengakses informasi tersebut. "Beberapa inisiatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan recovery dari kredit yang telah dihapus buku," ujar Novie.
David Pirzada, Direktur Manajemen Resiko BNI mengatakan, penurunan rasio NPL BNI hingga kuartal III juga bukan karena meningkatnya hapus buku kredit tetapi karena perbaikan kualitas portfolio kredit.
Sampai akhir tahun, BNI memperkirakan kredit hapus buku sampai akhir tahun akan lebih rendah dari tahun 2020. "Rasio NPL akhir tahun juga dipoyeksikan akan lebih baik dari periode September 2021," kata David.
BNI masih akan terus berupaya melanjutkan strategi untuk mendorong penerimaan dari pemulihan aset hapus buku. David mengatakan, pada kuartal III terdapat peningkatan recovery karena perseroan lebih agresif dalam melakukan pelelangan dan mencari investor.
Sejak awal tahun, BNI memang sudah menargetkan untuk mendorong pertumbuhan recovery tahun ini dengan target bisa meningkat 30% dari perolehan pada tahun 2020.
Selanjutnya: OJK: Aset keuangan syariah capai Rp 1.901,1 triliun per September 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News