kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rusia Tegaskan Belum Meninggalkan Moratorium Uji Coba Nuklir


Rabu, 04 Oktober 2023 / 13:10 WIB
Rusia Tegaskan Belum Meninggalkan Moratorium Uji Coba Nuklir
ILUSTRASI. Pada Selasa (3/10/2023), Kremlin mengatakan bahwa Rusia belum meninggalkan moratorium uji coba nuklir. Sputnik/Alexey Nikolsky/Kremlin via REUTERS

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada Selasa (3/10/2023), Kremlin mengatakan bahwa Rusia belum meninggalkan moratorium uji coba nuklir. Kremlin juga menolak saran editor saluran televisi pemerintah bahwa Moskow harus meledakkan perangkat termonuklir di Siberia sebagai peringatan bagi Barat.

Reuters memberitakan, Presiden Vladimir Putin, yang menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di dunia, telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat bahwa serangan apa pun terhadap Rusia dapat memicu respons nuklir.

Uji coba nuklir terakhir Uni Soviet terjadi pada tahun 1990. Uji coba nuklir terakhir Amerika Serikat terjadi pada tahun 1992. Sementara, menurut PBB, Prancis serta China melakukan uji coba nuklir terakhir mereka pada tahun 1996.

Pada saat ditanya tentang pernyataan Margarita Simonyan, pemimpin redaksi media penyiaran yang didanai negara RT, yang menyarankan agar Rusia meledakkan bom nuklir di Siberia, Kremlin menegaskan pihaknya tidak mengabaikan moratorium nuklir.

“Saat ini, kita belum meninggalkan rezim yang mengabaikan uji coba nuklir,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Baca Juga: Perang Belum Berakhir, Vladimir Putin Dongkrak Anggaran Militer 2024

Dia menambahkan, “Saya kira diskusi seperti itu tidak mungkin dilakukan saat ini dari sudut pandang resmi.” 

Peskov juga bilang bahwa kata-kata Simonyan tidak “selalu” mencerminkan posisi resmi Moskow.

Informasi saja, Simonyan mengatakan krisis Ukraina sedang menuju ultimatum nuklir dan Barat tidak akan berhenti sampai Rusia mengirimkan pesan nuklir.

“Ultimatum nuklir semakin dekat dan semakin mustahil untuk dihindari,” kata Simonyan. "Mereka tidak akan mundur kecuali hal itu menyakitkan bagi mereka."

Baca Juga: Rusia: Tentara Inggris yang Melatih Pasukan Ukraina Bisa Jadi Target Serangan Kami

Dia bergurau bahwa ledakan seperti itu akan membuat perangkat elektronik tidak berguna - dan dengan demikian membuatnya lebih mudah untuk menjelaskan kepada anak-anaknya mengapa mereka tidak diperbolehkan menggunakan perangkat seperti iPad.

Retorika nuklir dari televisi pemerintah Rusia menjadi sangat menonjol pada akhir tahun lalu, namun kembali mereda pada paruh pertama tahun ini.

Era nuklir

Amerika Serikat membuka era nuklir pada bulan Juli 1945 dengan uji coba bom atom berkekuatan 20 kiloton di Alamogordo, New Mexico, pada bulan Juli 1945, dan kemudian menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada bulan Agustus 1945 di akhir Perang Dunia Dua.

Uni Soviet mengejutkan negara-negara Barat dengan meledakkan bom nuklir pertamanya empat tahun kemudian, pada bulan Agustus 1949.

Dalam lima dekade antara tahun 1945 dan Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun 1996, lebih dari 2.000 uji coba nuklir dilakukan. Data PBB menunjukkan, 1.032 di antaranya dilakukan oleh Amerika Serikat dan 715 di antaranya dilakukan oleh Uni Soviet.

Putin pada bulan Februari menangguhkan partisipasi dalam perjanjian New START, perjanjian pengendalian senjata besar terakhir Rusia dengan Washington.

Dia juga memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat kembali melakukan uji coba nuklir, maka Rusia juga akan melanjutkannya.

Baca Juga: Krisis Ekonomi Akut, Warga Kuba Pilih Berperang untuk Rusia di Ukraina

The New York Times melaporkan pada hari Senin bahwa citra satelit dan data penerbangan menunjukkan bahwa Rusia mungkin sedang bersiap untuk menguji coba rudal jelajah bertenaga nuklir – atau mungkin baru saja mengujinya.

“Saya tidak tahu dari mana jurnalis NYT mendapatkan informasi ini,” kata Peskov dari Kremlin. “Rupanya, citra satelit perlu dipelajari lebih detail.”

"The New York Times mendukung pemberitaan kami," kata juru bicara surat kabar tersebut dalam pernyataan melalui email.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×