kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rebound tersendat, bagaimana prospek harga gas alam di tahun ini?


Kamis, 21 Januari 2021 / 05:50 WIB
Rebound tersendat, bagaimana prospek harga gas alam di tahun ini?

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat harga komoditas batubara dan minyak mencatatkan kenaikan yang tinggi, hal yang berbeda justru terjadi pada gas alam. Nasib komoditas energi yang satu ini justru belum mengindikasikan laju kenaikan harga. 

Merujuk Bloomberg, harga gas alam di Nymex pada pukul 16.00 WIB berada di level US$ 2,5 per mmbtu atau turun 1,89% dibanding penutupan sebelumnya. Sementara secara year to date, harga gas alam mencatatkan koreksi 1,57%. 

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengaku tidak heran dengan kinerja gas alam belakangan ini. Menurutnya, secara basic, gas alam memang termasuk komoditas dengan pergerakan harga terburuk, termasuk di antara komoditas sektor energi lainnya. Apalagi, jika disandingkan dengan pergerakan harga minyak, maka gas alam sangat jelas mengalami rebound yang terlambat. 

Baca Juga: Harga minyak WTI naik ke US$ 53,35 per barel pada Selasa (20/1) siang

“Lihat saja apa yang terjadi pada tahun lalu. Saat itu, harga minyak sudah mengalami rebound sejak April sedangkan gas alam baru naik di Juni 2020. Tak mengherankan bila pada akhirnya tren tersebut masih terjadi hingga saat ini,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Rabu (20/1).

Walau demikian, Wahyu melihat salah satu katalis negatif yang menekan gas alam pada tahun lalu, yakni oversupply justru akan berkurang pada tahun ini. Menurutnya, dari beberapa laporan menunjukkan bahwa sejak akhir tahun, surplus di ruang penyimpanan sudah mengalami penyusutan dan akan terus berlangsung pada tahun ini.

Oleh karena itu, ia menilai ada potensi harga gas alam pada 2021 bisa lebih baik dibanding tahun lalu. Apalagi secara umum, tren penguatan harga komoditas akan masih berlangsung seiring dolar AS yang cenderung tertekan. 

Baca Juga: Harga emas spot menanjak ke US$ 1.840 per ons troi, disokong pernyataan Yellen

Ditambah lagi, Wahyu meyakini naiknya Joe Biden sebagai presiden AS yang baru bisa jadi katalis positif. Dengan Partai Demokrat yang menguasai parlemen, kemungkinan besar kebijakannya akan pro lingkungan justru bisa mendukung harga gas alam.

“Dengan kebijakan yang ramah lingkungan ini akan membuat produksi gas alam di AS akan mengalami penurunan dalam beberapa tahun ke depan. Dengan produksi yang lebih rendah, tentu bisa berujung pada kenaikan harga gas alam itu sendiri,” imbuh dia.

Tapi, Wahyu mengingatkan bahwa harga gas alam memang punya kecenderungan untuk bisa bergerak secara dramatis. Harganya bisa naik atau turun yg sangat besar pada suatu waktu sebelum akhirnya kembali normal dan konsolidasi. 

Baca Juga: Biden dilantik jadi presiden AS, berikut saham-saham yang terkena efek positif

Walau secara fundamental punya kondisi yang lebih baik, Wahyu meyakini volatilitas harga gas alam masih akan tetap tinggi beberapa bulan ke depan. Kondisi ini justru dinilai bisa memicu masuknya para spekulan mengingat volatilitas bisa menghadirkan peluang bagi para spekulan. 

Untuk sepanjang tahun ini, Wahyu memperkirakan harga gas alam akan ada di rentang US$ 2 - US$ 4 per mmbtu. Rekomendasinya, ketika harga di dekat atau di bawah US$ 2 bisa lakukan pembelian, sementara di atas US$ 4 bisa lakukan penjualan.

Selanjutnya: Biden galakkan energi ramah lingkungan, apa dampaknya ke emiten batubara dan CPO?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

×