kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Ragu dengan vaksin China, Thailand bakal campur vaksin Sinovac dengan AstraZeneca


Selasa, 13 Juli 2021 / 11:58 WIB
Ragu dengan vaksin China, Thailand bakal campur vaksin Sinovac dengan AstraZeneca
ILUSTRASI. Thailand akan menggunakan AstraZeneca sebagai dosis kedua bagi mereka yang menerima Sinovac sebagai dosis pertama. REUTERS/Soe Zeya Tun

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Thailand akan menggunakan vaksin Covid-19 AstraZeneca Plc sebagai dosis kedua bagi mereka yang menerima suntikan Sinovac sebagai dosis pertama. Langkah ini diambil Thailand dalam upaya meningkatkan perlindungan.

Melansir Reuters, langkah ini merupakan campuran vaksi pertama di dunia yang diumumkan secara publik dari vaksin China dan vaksin yang dikembangkan Barat. Alasannya, studi pendahuluan baru di Thailand menimbulkan keraguan tentang perlindungan jangka panjang dari dua dosis Sinovacvaccine.

"Ini untuk meningkatkan perlindungan terhadap varian Delta dan membangun kekebalan tingkat tinggi terhadap penyakit ini," kata Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul kepada wartawan.

Dia menambahkan bahwa dosis kedua AstraZeneca akan diberikan tiga atau empat minggu setelah suntikan pertama Sinovac.

Baca Juga: Memo bocor di Thailand, banyak yang ragu kemanjuran vaksin Sinovac

Belum ada penelitian khusus tentang pencampuran Sinovac dan AstraZeneca yang dirilis. Akan tetapi, semakin banyak negara yang tengah berupaya untuk melakukan campuran dan kecocokan vaksin yang berbeda atau memberikan dosis penguat ketiga (booster) di tengah kekhawatiran varian baru dan lebih menular.

Pengumuman itu muncul sehari setelah kementerian kesehatan Thailand mengatakan 618 pekerja medis dari 677.348 personel yang menerima dua dosis vaksin Sinovac terinfeksi dari April hingga Juli. Seorang perawat juga dikabarkan meninggal dunia.  

Tak hanya di Thailand, Indonesia juga telah melaporkan infeksi terobosan di antara pekerja medis dan garis depan yang sepenuhnya diinokulasi dengan vaksin Sinovac.

Baca Juga: Kontes ratu kecantikan di Thailand menjadi klaster penularan Covid-19

Thailand sekarang berencana untuk memberikan suntikan penguat vaksin mRNA impor kepada pekerja garis depan - yang disuntikkan Sinovac impor sebelum vaksin AstraZeneca yang diproduksi secara lokal tersedia pada bulan Juni. Indonesia sedang mempertimbangkan booster serupa.

Pada hari Senin, sebuah studi pendahuluan di Thailand terhadap 700 pekerja medis menunjukkan bahwa tingkat perlindungan Sinovac yang diukur dengan tingkat antibodi berkisar antara 60% dan 70% selama 60 hari pertama setelah dosis kedua. Akan tetapi tingkat perlindungan tersebut terus menurun dari waktu ke waktu dan tampaknya berkurang setengahnya setiap 40 hari.

"Dari penelitian kami, jika staf medis kami menerima dua dosis Sinovac ... mereka pasti harus mendapatkan suntikan booster ketiga," jelas Sira Nanthapisal, seorang peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Thammasat, mengatakan kepada Reuters. Para peneliti belum merilis data studi lengkap mereka.

"Mereka bisa melakukannya baik antara AstraZeneca atau Pfizer ketika tiba, dan kami akan terus memantau antibodi mereka," kata Sira.

Seorang perwakilan AstraZeneca menolak mengomentari keputusan Thailand. Dia hanya mengatakan bahwa kebijakan vaksinasi adalah masalah yang harus diputuskan oleh masing-masing negara.

Baca Juga: Varian Delta menyapu Asia, infeksi di Australia dan Korsel rekor!

Sinovac tidak menanggapi permintaan komentar pada hari Senin.

Bulan lalu, juru bicara Sinovac Liu Peicheng mengatakan kepada Reuters, hasil awal dari sampel darah yang divaksinasi menunjukkan pengurangan tiga kali lipat dalam efek penetralan terhadap varian Delta dan menyarankan suntikan Sinovac ketiga dapat menimbulkan reaksi antibodi yang lebih tahan lama. 

Pada Senin (12/7/2021), Thailand menerapkan pembatasan pergerakan virus corona terberatnya dalam lebih dari setahun di Bangkok dan provinsi sekitarnya. Hal ini dilakukan di tengah terjadinya gelombang varian Alpha dan Delta yang sangat mudah menular. Kasus meningkat menjadi hampir 10.000 per hari dan angka kematian melonjak menembus rekor. 

Baca Juga: Singapura siapkan rencana new normal, akan samakan Covid-19 dengan flu

Langkah-langkah itu, akan berlangsung selama dua minggu. Kebijakan tersebut juga termasuk penangguhan yang meluas oleh maskapai penerbangan dan perusahaan bus, jam malam, penutupan mal, dan pembatasan pertemuan lima orang.

Selanjutnya: Thailand memulai vaksinasi COVID-19 yang telah lama ditunggu-tunggu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

×