kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Populasi Jepang Menurun di Seluruh Prefektur untuk Pertama Kalinya


Kamis, 27 Juli 2023 / 05:00 WIB
Populasi Jepang Menurun di Seluruh Prefektur untuk Pertama Kalinya

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Populasi warga Jepang di 47 prefektur di seluruh negeri turun untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Dilansir dari Bloomberg, populasi nasional warga Jepang turun lebih dari 800.000 menjadi 122,4 juta pada tahun ini per 1 Januari 2023, pengingat terbaru dari apa yang dikatakan Perdana Menteri Fumio Kishida sebagai krisis populasi yang mengancam kemampuan negara untuk berfungsi.

Berdasarkan hasil survei demografi oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, jumlah populasi di Jepang termasuk penduduk asing turun sekitar 511.000 jiwa dari tahun sebelumnya menjadi 125.416.877 per tanggal 1 Januari 2023.

Kishida telah menjanjikan kebijakan yang berbeda dalam upaya untuk memahami apa yang dia sebut sebagai "kesempatan terakhir" untuk menopang angka kelahiran yang semakin berkurang.

Baca Juga: Fenomena Resesi Seks di Jepang Makin Parah, Sekolah Banyak yang Tutup

Populasi yang menua dan menyusut berarti kekurangan tenaga kerja dan lebih sedikit pembayar pajak untuk mendukung peningkatan jumlah lansia.

"Situasinya suram dan membuktikan bahwa kebijakan pemerintah untuk mengendalikan angka kelahiran tidak cukup, dan yang penting juga mengamankan lapangan pekerjaan di daerah tersebut," kata Hideo Kumano, seorang ekonom di Dai-ichi Life Research Institute.

Tahun lalu, jumlah anak yang lahir secara nasional turun di bawah 800.000 untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada tahun 1899. Populasi warga negara Jepang terus menurun selama 14 tahun, dan untuk pertama kalinya termasuk prefektur selatan Okinawa ikut menurun, yang secara historis terkenal dengan angka kelahiran yang tinggi.

Kishida berjanji untuk menganggarkan sekitar 3,5 triliun yen atau sekitar US$ 24,8 miliar untuk langkah-langkah meningkatkan angka kelahiran, tetapi tidak menjelaskan sepenuhnya bagaimana hal itu akan didanai.

Baca Juga: Jepang Siapkan US$ 26 Miliar untuk Mengatasi Resesi Seks, Utang Bisa Membengkak

Di antara kebijakan tersebut adalah memperluas bantuan uang tunai kepada keluarga yang memiliki anak, terlepas dari pendapatan orang tua.

Para ahli memperingatkan bahwa paket kebijakan tersebut gagal mengatasi akar penyebab penurunan angka kelahiran, seperti kurangnya prospek pekerjaan yang stabil.

Sementara jumlah penduduk asing yang terdaftar naik sekitar 300.000 menjadi hampir 3 juta, itu tidak cukup untuk menutupi kekurangan warga negara Jepang. Total populasi keseluruhan tercatat menurun 0,4%.

Baca Juga: Jepang Tak Berencana Gunakan Pendapatan Pajak untuk Danai Bantuan Perawatan Anak

"Jika situasinya tetap sama, Jepang akan jatuh ke dalam lingkaran setan penyusutan ekonomi jangka panjang. Dalam jangka pendek, masalahnya adalah kekurangan tenaga kerja. Jepang harus menaikkan upah pekerja asing agar mereka terdorong datang ke sini meski yen lemah,” kata Hideo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×