Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN (Persero) berencana memasok listrik untuk dua smelter PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang akan dibangun di Sulawesi. Seturut dengan niatan tersebut, perusahaan setrum pelat merah itu menyebut telah menjalin komunikasi dengan pihak INCO untuk melakukan penjajakan.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengungkapkan, PLN sudah menandatangani perjanjian kerahasiaan alias non disclosure agreement (NDA) dengan pihak INCO pada bulan Mei 2021 lalu.
Menurut Bob, saat ini PLN sedang dalam tahap pembahasan data sharing dan informasi seputar pembangunan smelter-smelter INCO di Sulawesi. Hanya saja, sejauh ini belum ada nota kesepahaman atau Memorandum Of Understanding (MoU) maupun perjanjian transaksi yang disepakati/ditandatangani antar keduanya.
“(Namun) sudah dalam tahap pembahasan detail ke arah sana,” ungkap Bob kepada Kontan.co.id, Jumat (18/6).
Baca Juga: Untuk mendukung operasional, KKKS menunggu adanya insentif penambahan split
Seperti diketahui, INCO berencana membangun smelter di Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara dengan skema joint venture. Nantinya, Smelter INCO di Bahodopi akan berfungsi sebagai tempat produksi dan pengolahan nikel, sementara smelter perusahaan di Pomalaa akan memproduksi Mixed Sulphide Precipitate (MSP) yang menjadi salah satu komponen pembuatan baterai kendaraan listrik.
Kontan.co.id mencatat, INCO tengah mengawal penyelesaian negosiasi untuk proyek Bahodopi dan Pomalaa. Kalau tidak ada aral melintang, keputusan investasi akhir alias final investment decision (FID) untuk proyek smelter Bahodopi ditargetkan rampung pada akhir tahun ini atau awal tahun depan, sedangkan FID untuk proyek Pomalaa diharapkan selesai tahun depan.
PLN bukan satu-satunya pihak yang memiliki minat untuk melistriki smelter INCO. Beberapa pihak lain seperti PT Pertamina Power Indonesia (PPI) dan PT Medco Power Indonesia juga dikabarkan berminat untuk memasok listrik ke smelter INCO di Bahodopi, kelak.
Menurut informasi yang sampai ke Kontan.co.id, keduanya berencana bersama-sama membentuk konsorsium dengan sebuah perusahaan asal Jepang untuk mengikuti tender dan dan membangun PLTGU berkapasitas 500 megawatts (MW) guna melistriki smelter pengolahan nikel tersebut. Hanya saja, sejauh ini Kontan.co.id belum mendapatkan konfirmasi soal hal ini dari pihak-pihak tersebut.
Bob bilang, PLN optimistis bisa bersaing dengan pihak lainnya untuk bisa ditunjuk sebagai pihak yang dipercaya melistriki smelter INCO. Apabila berhasil ditunjuk, PLN rencananya akan menyambungkan smelter-smelter INCO ke sistem kelistrikan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Kalau diperlukan, PLN juga siap merelokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) PLN yang berada di Pulau Jawa. Menurut Bob, opsi tersebut tidak akan mengganggu keandalan pasokan listrik di Pulau Jawa, sebab daya cadangan yang tersedia di Jawa-Bali saat ini masih besar, yaitu sekitar 45% dari beban puncak. “(Relokasi) bisa dari PLTGU di Banten atau Jawa Tengah,” ujar Bob.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, PLN memiliki keunggulan untuk melistriki smelter INCO. Dari segi jaminan pasokan, PLN bisa menyediakan back up tenaga listrik melalui sistem kelistrikan yang dimiliki.
Selain itu, PLN juga berpotensi memberi penawaran harga yang lebih murah dibanding penawar lain dengan mengoptimalkan aset yang telah dimiliki. “(Misal) PLN PLTGU-nya direlokasi, saya kira harganya bisa bersaing dengan yang lain, kan PLN enggak perlu mengadakan (PLTGU) baru, kan dia enggak perlu beli mesin gas baru,” jelas Fabby.
Kontan.co.id sudah coba menghubungi pihak INCO untuk meminta konfirmasi perihal komunikasi yang dilakukan oleh PLN dengan INCO sehubungan rencana PLN melistriki smelter INCO. Hanya saja, pihak INCO mengaku enggan memberikan komentar soal hal tersebut.
Dalam catatan Kontan.co.id (15/6) sebelumnya Chief Financial Officer (CFO) INCO Bernardus Irmanto mengatakan, INCO membuka semua opsi untuk penyediaan kelistrikan smelter perusahaan. Beberapa pertimbangan yang menjadi perhatian INCO dalam memilih opsi antara lain kecukupan, stabilitas, dan reliabilitas pasokan energi listrik.
“Tentu saja hitungan ekonominya (perlu) selaras dengan interest PT Vale Indonesia dan juga mitra kerja,” imbuh Bernardus sebagaimana telah dimuat dalam pemberitaan Kontan.co.id (15/6).
Selanjutnya: Kementerian ESDM pastikan revisi UU Migas jalan terus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News