Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Menurut informasi yang sampai ke Kontan.co.id, keduanya berencana bersama-sama membentuk konsorsium dengan sebuah perusahaan asal Jepang untuk mengikuti tender dan dan membangun PLTGU berkapasitas 500 megawatts (MW) guna melistriki smelter pengolahan nikel tersebut. Hanya saja, sejauh ini Kontan.co.id belum mendapatkan konfirmasi soal hal ini dari pihak-pihak tersebut.
Bob bilang, PLN optimistis bisa bersaing dengan pihak lainnya untuk bisa ditunjuk sebagai pihak yang dipercaya melistriki smelter INCO. Apabila berhasil ditunjuk, PLN rencananya akan menyambungkan smelter-smelter INCO ke sistem kelistrikan Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Kalau diperlukan, PLN juga siap merelokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) PLN yang berada di Pulau Jawa. Menurut Bob, opsi tersebut tidak akan mengganggu keandalan pasokan listrik di Pulau Jawa, sebab daya cadangan yang tersedia di Jawa-Bali saat ini masih besar, yaitu sekitar 45% dari beban puncak. “(Relokasi) bisa dari PLTGU di Banten atau Jawa Tengah,” ujar Bob.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, PLN memiliki keunggulan untuk melistriki smelter INCO. Dari segi jaminan pasokan, PLN bisa menyediakan back up tenaga listrik melalui sistem kelistrikan yang dimiliki.
Selain itu, PLN juga berpotensi memberi penawaran harga yang lebih murah dibanding penawar lain dengan mengoptimalkan aset yang telah dimiliki. “(Misal) PLN PLTGU-nya direlokasi, saya kira harganya bisa bersaing dengan yang lain, kan PLN enggak perlu mengadakan (PLTGU) baru, kan dia enggak perlu beli mesin gas baru,” jelas Fabby.
Kontan.co.id sudah coba menghubungi pihak INCO untuk meminta konfirmasi perihal komunikasi yang dilakukan oleh PLN dengan INCO sehubungan rencana PLN melistriki smelter INCO. Hanya saja, pihak INCO mengaku enggan memberikan komentar soal hal tersebut.
Dalam catatan Kontan.co.id (15/6) sebelumnya Chief Financial Officer (CFO) INCO Bernardus Irmanto mengatakan, INCO membuka semua opsi untuk penyediaan kelistrikan smelter perusahaan. Beberapa pertimbangan yang menjadi perhatian INCO dalam memilih opsi antara lain kecukupan, stabilitas, dan reliabilitas pasokan energi listrik.
“Tentu saja hitungan ekonominya (perlu) selaras dengan interest PT Vale Indonesia dan juga mitra kerja,” imbuh Bernardus sebagaimana telah dimuat dalam pemberitaan Kontan.co.id (15/6).
Selanjutnya: Kementerian ESDM pastikan revisi UU Migas jalan terus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News