Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis multifinance mulai naik untuk pertama kalinya setelah sempat terpukul pandemi corona. Hal ini terlihat dari peningkatan penyaluran pembiayaan secara bulanan.
Dibandingkan bulan sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, piutang pembiayaan industri naik 0,25% pada Maret 2021 menjadi Rp 362,79 triliun. Kenaikan berlanjut pada bulan berikutnya menjadi Rp 364,71 triliun atau tumbuh 0,27% secara bulanan.
"Kami menyambut positif bahwa piutang pembiayaan secara bertahap memang ada pergerakan naik jika kami lihat bulan ke bulan. Kalau secara tahun ke tahun (yoy) masih minus sekitar 18% - 19%," kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan (APPI) Suwandi Wiratno dalam diskusi secara daring.
Baca Juga: Begini strategi BPD memacu penyaluran kredit multiguna pada tahun 2021
Menurut Suwandi, pertumbuhan positif tersebut karena didukung pembiayaan mobil yang berkontribusi sekitar 70% - 80% dari total pembiayaan industri. Dengan porsinya yang besar, pemberian diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBm) turut mengerek bisnis di sektor ini.
Selain mobil, pembiayaan motor juga ikut naik walau tidak mendapatkan insentif dari pemerintah. Hal ini seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat untuk segmen otomotif.
Hal serupa terjadi pada bisnis Adira Finance. Sampai April 2021, pembiayaan perusahaan bisa mencapai 80% dari realisasi sebelum pandemi. Nilai itu meningkat dari kinerja Januari lalu yang hanya 50% - 55% dari pembiayaan tahun 2019.
"Secara industri penjualan roda dua dan roda empat juga meningkat secara bulanan. Sehingga ini merefleksikan tambahan penjualan kami," kata Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli.
Baca Juga: Penyaluran kredit konstruksi oleh SMF diharapkan bisa dimulai pada tahun ini
Khusus pembiayaan pada bulan April, mencapai 89% karena daya beli masyarakat meningkat pesat saat momen ramadan. Namun turun sedikit menjadi 70% pada bulan Mei 2021.
Hingga saat ini, pembiayaan Adira Finance masih didominasi otomotif yakni 80% total pembiayaan. Sementara sisanya adalah pembiayaan multiguna.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK Bambang W. Budiawan menyebut sebanyak 173 pemain multifinance, 100 diantara bermain pada pembiayaan kendaraan. Baik itu bersifat konsumtif maupun produktif.
Melihat data pembiayaan barang konsumsi per Maret 2021 sebesar Rp 256,97 triliun, sebesar 42% atau setara Rp 109,17 triliun bermain pada pembiayaan mobil baru. Sementara pembiayaan barang produktif senilai Rp 105 triliun, di mana 38% atau Rp 40 triliun menyediakan pembiayaan mobil-mobil angkutan.
Di sisi lain, penurunan secara tahunan pada Maret lalu, disumbang oleh lima pemain besar multifinance sebesar yang menyumbang Rp 30 triliun. Empat diantaranya fokus pada pembiayaan otomotif.
Selama satu tahun berjalan, OJK telah memberikan relaksasi kepada industri multifinance. Bambang mengatakan, apabila relaksasi itu diperpanjang akan memberatkan industri. "Meski melakukan relaksasi, dari sisi pendanaan kami memberikan kemudahan-kemudahaan termasuk membuka keran penghimpunan dana dari penerbitan surat berharga," terang Bambang.
Baca Juga: Begini kesiapan multifinance untuk membayar obligasi yang bakal jatuh tempo
Untuk itu, kinerja pembiayaan tidak selalu bergantung pada relaksasi tapi bagaimana perusahaan bisa mengambil momentum dan peluang untuk melakukan perbaikan secara internal mulai dari proses bisnis dan profil pelanggan.
Secara bertahap, perbaikan ekonomi sudah mulai terjadi. Bahkan, Gaikindo telah memprediksi peningkatan penjualan mobil baru tahun ini bisa mencapai 750 ribu unit.
"Itu suatu prestasi yang baik ke depan secara bertahap akan tumbuh positif dan konsisten. Jadi jangan kehilangan momentum pemulihan ekonomi di tahun depan," pungkasnya.
Selanjutnya: Tiga multifinance ini akan tebar dividen bagi pemegang saham, catat tanggalnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News