Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN berencana memperkuat portofolio bisnis ritel gas. Ada sejumlah agenda yang PGN susun oleh Subholding Gas Pertamina itu untuk tujuan tersebut, mulai dari mengerjakan proyek jaringan gas bumi (jargas) secara masif, juga mengembangkan Gaslink C-cyl yang berbasis compressed natural gas (CNG), hingga membidik peluang bisnis dari liquefied natural gas (LNG) untuk retail.
Corporate Secretary PT PGN Tbk Rachmat Hutama mengungkapkan, PGN akan semakin masif mengembangkan program jargas yang pendanaannya bukan melalui skema APBN dalam empat tahun ke depan.
"Apakah itu nanti PGN berkolaborasi dengan beberapa investor atau menggunakan finansial dalam bentuk apa, itu terserah PGN. Tetapi (yang jelas) ini sekarang menjadi salah satu KPI-nya dari manajemen (PGN)," ujar Rachmat dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/4).
Baca Juga: PGN dan PRPP Teken Head of Agreement Penyediaan Gas di Kilang Tuban
Lebih lanjut, Rachmat menuturkan bahwa PGN rencananya membangun infrastruktur jargas sebanyak 4 juta sambungan rumah tangga (SR) sampai tahun 2024. Sekitar 1 juta SR akan dibangun setiap tahunnya dalam rencana ini.
Lokasi yang disasar ada banyak. Rachmat mengatakan, saat ini PGN tengah membentuk tim untuk percepatan jargas di wilayah yang belum ada jaringan operasionalnya.
Di Pulau Jawa misalnya, PGN berencana segera bangun jargas di Jawa Tengah bagian selatan serta Yogyakarta. Harapan PGN, tenaga yang ditugaskan n di Jateng dan DIY sudah bisa menunjukkan bahwa pelaksanaan jargas di dua wilayah itu sudah berjalan dalam waktu sekitar 2 bulan ini.
Dengan begitu, pengerjaan konstruksi di wilayah Jateng dan DIY ditargetkan sudah bisa berjalan sekitar bulan Juni nanti.
Agenda lainnya, PGN lewat salah satu afiliasi usahanya, yaitu PT Gagas Energi Indonesia (Gagas), saat ini mengembangkan Gaslink C-cyl. Cataan saja, Gaslink C-cyl merupakan CNG yang dimanfaatkan untuk pelanggan sektor industri dan komersial yang disalurkan menggunakan tabung dengan kapasitas 20-25 M3 atau setara dengan 20 Kg.
“Itu yang sudah bisa berjalan untuk rumah makan. Kalau di Jakarta itu contohnya Rumah Makan Pagi Sore, itu sudah menggunakan C-Cyl. Jadi dia tidak lagi menggunakan LPG, tetapi menggunakan gas dari CNG," terang Rachmat.
Selain itu, PGN juga akan memasuki era LNG untuk ritel. Untuk diketahui, Pertamina sebagai induk PGN sudah mengalihkan bisnis LNG dan gas kepada PGN. Dengan demikian, ke depan, lanjut Rachmat, akan ada tantangan baru lagi bagi PGN, tidak hanya gas pipa tetapi bagaimana LNG bisa dikembangkan oleh PGN, termasuk rencananya adalah LNG-nya dalam bentuk LNG ritel.
Baca Juga: Migrasi Konsumsi LPG Terjadi, Pemerintah Diminta Dorong Pembangunan Jargas
“Saat ini PGN akan mengubah mindset-nya bahwa tidak melulu LNG-nya untuk industri, tetapi juga bagaimana mengembangkan di retail, termasuk pengguna rumah tangga," imbuh Rachmat.
Seturut agenda ini, masalah alokasi LNG menjadi salah satu perhatian PGN untuk lebih dahulu dipersiapkan. Salah satu rencana PGN adalah memanfaatkan stranded gas yang banyak tersebar di berbagai wilayah serta belum dimanfaatkan.
Nantinya, stranded gas ini akan dilikuifaksi menjadi gas LNG. Tujuannya ialah aar gas-gas ini menjadi semakin mudah untuk didistribusikan.
Selain memanfaatkan stranded gas, PGN juga tengah melihat potensi untuk memanfaatkan LNG dari luar negeri. Oleh karenanya, PGN tengah mencermati regulasi ke depan soal impor LNG.
PGN mencatat, hingga saat ini belum ada keran impor LNG. Sebaliknya, LNG yang tersedia diekspor ke luar negeri.
“Kalau nanti impor LNG dimungkinkan, tidak tertutup kemungkinan kami akan impor untuk memenuhi bisnis LNG," pungkas Rachmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News