Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesohor dan konglomerat makin tertarik untuk turut menggocek bisnis sepak bola. Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyambut baik fenomena tersebut.
Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita menilai, investasi dari pesohor dan konglomerat membuat industri sepak bola dalam negeri menjadi lebih menarik. Dengan suntikan dana yang besar, ditambah promosi yang memadai, kompetisi sepak bola Indonesia pun diharapkan semakin terangkat.
"Dengan adanya beberapa pesohor yang masuk menjadi pemilik klub sepakbola menurut saya sangat positif. Mudah-mudahan menjadikan sepakbola lebih menarik lagi dan pertandingannya menjadi lebih kompetitif," kata Akhmad saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (11/4).
Apalagi, setelah ambruk karena pandemi covid-19, industri sepak bola Indonesia harus bekerja keras untuk memutar kembali roda kompetisi maupun ekonominya. Akhmad pun yakin, industri sepak bola Indonesia akan semakin prospektif paska pandemi covid-19.
"Optimis, tapi harus kerja keras. Karena pandemi mengakibatkan banyak unsur di sepakbola yang nyaris lumpuh dan harus dibangun kembali dengan kondisi new normal," sambungnya.
Baca Juga: Kongsi Rudy Salim dan Raffi Ahmad bakal bangun stadion RANS Prestige Sportainment
Mengenai kompetisi Liga 1 dan Liga 2, PT LIB sedang mempersiapkan kompetisi yang dirancang agar memungkinkan terselenggara meski masih di masa pandemi. PT LIB pun mempersiapkan perizinan, termasuk izin ke Mabes Polri. "Proposal diharapkan selesai di minggu depan. Rencana Liga 1 di akhir Juni atau awal Juli. Liga 2 rencana 1-2 minggu setelah kickoff Liga 1," ungkap Akhmad.
Dihubungi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menyampaikan, Liga 1 rencananya akan dimulai pada bulan Juni. Sementara Liga 2 direncanakan digelar pada bulan Juli mendatang.
Keputusan dimulainya Liga 1 dan Liga 2 masih akan dibahas lebih lanjut bersama stakeholders terkait, yakni PT LIB dan klub-klub Liga 1 dan Liga 2. "Kapan start-nya nanti akan didiskusikan lagi antara PSSI-LIB, Liga 1 dan Liga 2. Masih perlu ada pertemuan lanjutan untuk kompetisi ini," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat, (9/4).
PSSI juga bakal menggelar Kongres tahunan pada bulan Mei nanti. Yunus bilang, forum tersebut akan membahas banyak hal, termasuk kompetisi musim 2021-2022.
Yunus optimistis, liga sepak bola di Indonesia bisa bergulir selayaknya liga-liga di Eropa dan Asia yang juga sudah berjalan. Industri sepak bola tanah air pun diproyeksikan akan kembali bergerak, yang dirangsang oleh pemulihan ekonomi dan vaksinasi Covid-19.
"Saya yakin pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Indonesia akan tumbuh positif tahun ini. Apalagi program vaksin terus berjalan. Saya kira kalau ekonomi tumbuh, sepak bola juga akan makin bergeliat. Iklan atau sponsor pasti juga akan masuk ke PSSI, LIB, dan klub," ujar Yunus.
Mengenai pesohor dan konglomerat yang ramai mengakuisisi klub bola, Yunus berharap hal tersebut bisa membuat kompetisi dan industri sepak bola dalam negeri menjadi bisa semakin kompetitif. Sebab, untuk memajukan klub sepak bola dibutuhkan modal yang tidak sedikit.
"Tentu untuk menjadi klub besar. Harus punya pemain bagus, pelatih mumpuni, dan manajemen yang oke. Jika semua digabungkan saya kira bagus bagi klub itu," sebutnya.
Potensi Besar
Belakangan, sejumlah pesohor dan pebisnis atau konglomerasi juga tertarik untuk masuk ke bisnis sepak bola. Sebut saja, Persis Solo. Klub berjuluk Laskar Sambernyawa tersebut saat ini 40% sahamnya dimiliki oleh Kaesang Pangarep, putera bungsu Presiden Jokowi.
Selain Kaesang, Menteri BUMN Erick Thohir juga menggenggam 20% saham PT Persis Solo Saestu, dan 30% saham lainnya dimiliki Kevin Nugroho.
Terbaru, pesohor Raffi Ahmad dan Presiden Direktur Prestige Motorcars Rudy Salim mengakuisisi Cilegon United. Klub yang berlaga di Liga 2 itu kemudian bertransformasi menjadi RANS Cilegon FC. Raffi dan Rudy menginvestasikan hingga Rp 300 miliar untuk memoles Cilegon FC.
Menanggapi fenomena itu, CEO Bali United Yabes Tanuri juga menilai hal tersebut bakal membawa dampak positif baik untuk pendanaan maupun promosi industri sepak bola. "Sangat baik. Dengan begitu makin banyak yang memperhatikan dan mendukung industri sehingga bisa berkembang lebih cepat," ungkapnya ke Kontan.co.id, Minggu (11/4).
Sebelumnya, Yabes menyampaikan bahwa masuknya para konglomerat ke industri sepak bola tidak lain karena masih besarnya potensi yang belum digarap. Peluang bisnis di industri sepak bola dianggap masih sangat besar, apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak.
Jumlah penikmat sepak bola Indonesia pun sangat besar dan loyal. Itu bisa menjadi target market industri sepak bola untuk bisa menawarkan produknya. Dengan begitu, prospek bisnisnya bisa menjalar luas dan memiliki multiplayer effect.
"Ini industri yang akan terus berkembang turun temurun, sehingga menciptakan multiplayer effect besar. Semakin lama klub sepak bolanya hadir, maka jumlah penonton fanatisnya juga cukup besar," tandas Yabes.
Selanjutnya: Siap-siap, PSSI berencana gelar Liga 1 pada bulan Juni dan Liga 2 di bulan Juli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News