kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pesohor dan konglomerat makin tertarik untuk turut menggocek bisnis sepak bola


Senin, 12 April 2021 / 10:20 WIB
Pesohor dan konglomerat makin tertarik untuk turut menggocek bisnis sepak bola

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

Mengenai pesohor dan konglomerat yang ramai mengakuisisi klub bola, Yunus berharap hal tersebut bisa membuat kompetisi dan industri sepak bola dalam negeri menjadi bisa semakin kompetitif. Sebab, untuk memajukan klub sepak bola dibutuhkan modal yang tidak sedikit.

"Tentu untuk menjadi klub besar. Harus punya pemain bagus, pelatih mumpuni, dan manajemen yang oke. Jika semua digabungkan saya kira bagus bagi klub itu," sebutnya.

Potensi Besar

Belakangan, sejumlah pesohor dan pebisnis atau konglomerasi juga tertarik untuk masuk ke bisnis sepak bola. Sebut saja, Persis Solo. Klub berjuluk Laskar Sambernyawa tersebut saat ini 40% sahamnya dimiliki oleh Kaesang Pangarep, putera bungsu Presiden Jokowi. 

Selain Kaesang, Menteri BUMN Erick Thohir juga menggenggam 20% saham PT Persis Solo Saestu, dan 30% saham lainnya dimiliki Kevin Nugroho.

Terbaru, pesohor Raffi Ahmad dan Presiden Direktur Prestige Motorcars Rudy Salim mengakuisisi Cilegon United. Klub yang berlaga di Liga 2 itu kemudian bertransformasi menjadi RANS Cilegon FC. Raffi dan Rudy menginvestasikan hingga Rp 300 miliar untuk memoles Cilegon FC. 

Menanggapi fenomena itu, CEO Bali United Yabes Tanuri juga menilai hal tersebut bakal membawa dampak positif baik untuk pendanaan maupun promosi industri sepak bola. "Sangat baik. Dengan begitu makin banyak yang memperhatikan dan mendukung industri sehingga bisa berkembang lebih cepat," ungkapnya ke Kontan.co.id, Minggu (11/4).

Sebelumnya, Yabes menyampaikan bahwa masuknya para konglomerat ke industri sepak bola tidak lain karena masih besarnya potensi yang belum digarap. Peluang bisnis di industri sepak bola dianggap masih sangat besar, apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak.

Jumlah penikmat sepak bola Indonesia pun sangat besar dan loyal. Itu bisa menjadi target market industri sepak bola untuk bisa menawarkan produknya. Dengan begitu, prospek bisnisnya bisa menjalar luas dan memiliki multiplayer effect.

"Ini industri yang akan terus berkembang turun temurun, sehingga menciptakan multiplayer effect besar. Semakin lama klub sepak bolanya hadir, maka jumlah penonton fanatisnya juga cukup besar," tandas Yabes.

Selanjutnya: Siap-siap, PSSI berencana gelar Liga 1 pada bulan Juni dan Liga 2 di bulan Juli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×