Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat kinerja pembiayaan baru masih mengalami koreksi karena kondisi pandemi covid-19 yang tak menentu, pendanaan bagi multifinance juga masih mengalami kontraksi. Hanya saja, beberapa perusahaan multifinance mengaku masih sanggup memperoleh pendanaan di tahun ini.
Jika menilik data OJK bulan Mei, pendanaan untuk perusahaan pembiayaan masih turun 21,93% yoy menjadi Rp 267 triliun namun membaik dari bulan sebelumnya yang turun 24,19%yoy. Pendanaan tersebut berasal dari pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri hingga obligasi.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengakui bahwa kondisi pandemi covid-19 ditambah dengan adanya aturan PPKM ini membuat perusahaan pembiayaan masih menemui tantangan dalam hal memperoleh pendanaan.
Baca Juga: Restrukturisasi kredit multifinance berpotensi naik lagi, dipicu pemberlakuan PPKM
“Dana dari bank masih sangat sulit sehingga penyebabnya kita tidak bisa berkembang karena kita gak punya dana juga kalau tidak ada dari perbankan. Kita makanya perlu juga perbankan menjadi partner dan percaya kepada kita kembali,” ujar Suwandi.
Meskipun ada pendanaan dari perbankan, Suwandi mengaku kalau kebanyakan pendanaan tersalurkan ke perusahaan multifinance yang berafiliasi dengan bank atau korporasi besar yang memiliki dealer. Jikapun ada yang disalurkan di luar perusahaan tersebut, ia menyebut hanya perusahaan besar yang mendapat pendanaan.
“Padahal sayang karena yang kecil-kecil ini kan yang membiayai mobil-mobil bekas. Biasanya yang punya mobil bekas ini jual kan untuk menjadi DP untuk membeli mobil yang baru, kalau yang kecil mati terus yang nampung siapa? Makanya ekosistem ini harus dijaga,” imbuh Suwandi.
Adapun salah satu perusahaan multifinance yang tidak terafiliasi bank atau korporasi besar lainnya seperti PT BFI Finance Indonesia Tbk mengaku masih bisa mengumpulkan pendanaan dari berbagai sumber. Saat ini, sumber pendanaan perusahaan memiliki porsi yang rata dengan rincian 33 persen dari bank dalam negeri, 35 persen berasal dari pinjaman luar negeri, obligasi sebesar 30 persen dan sisa 2 persen dari joint financing.
“Masih banyak bank atau investor obligasi yang memberikan kepercayaan kepada BFI, karena terbukti bisa melewati ketidakpastian selama pandemi secara prudent dan membuktikan apa yang telah disampaikan kepada para kreditur sebelumnya,” ujar Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono kepada KONTAN.
Asal tahu saja, nilai pembiayaan baru dari BFI Finance sepanjang paruh pertama tahun ini masih mampu tumbuh sebesar 48,7% yoy menjadi Rp6,1 triliun dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.
Saat ini, Sudjono juga menyampaikan kalau pihaknya akan kembali mengumpulkan dana dengan menerbitkan obligasi baru senilai Rp 1 triliun akhir Juli. “Sejauh ini minat dari investor masih sangat bagus dan ini obligasi kedua yang diterbitkan tahun ini,” imbuh Sudjono.
Ada lagi perusahaan multifinance yang berafiliasi dengan bank yaitu PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance bilang kalau pihaknya masih bisa mengumpulkan pendanaan hingga paruh pertama tahun ini senilai Rp 13 triliun yang merupakan pinjaman eksternal. Dari total tersebut, 53 persen berasal dari pinjaman bank dan 47 persen berasal dari obligasi.
“Untuk kebutuhan pendanaan di 2021, akan disesuaikan dengan kebutuhan pendanaan atas pembiayaan baru perusahaan yang hingga Mei lalu pembiayaan baru perusahaan mencapai 9,8 triliun,” ujar Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli.
PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang berafiliasi dengan Bank CIMB Niaga justru mengaku bahwa ada tambahan beberapa bank lokal baru yang akan memberikan fasilitas pendanaan di tahun ini. “Fasilitas pendanaan baru yang akan signing dalam waktu dekat sebesar Rp 0,8 triliun ditambah yang dalam proses administrasi pre-signing sekitar Rp2.1 Triliun,” ujar Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman.
Secara total, Ristiawan bilang bahwa CNAF tahun ini membutuhkan pendanaan baru sebesar Rp2.5 triliun dengan memanfaatkan fasilitas dari existing kreditur dan penambahan kontrak kerjasama dari bank-bank baru. Hingga semester 1, nilai pendanaan yang telah CNAF mencapai Rp 1 triliun.
“Kami tidak mengalami kesulitan mendapatkan pendanaan baru karena kepercayaan kreditur atas kinerja CNAF yang secara konsisten memberikan performa yang bagus, baik secara finansial maupun pertumbuhan bisnis,” pungkas Ristiawan.
Selanjutnya: Penarikan kendaraan oleh multifinance masih marak di kala pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News