Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa stimulus yang diberikan pemerintah tampaknya belum cukup membangkitkan pertumbuhan pembiayaan multifinance yang masih dalam bayang-bayang pandemi covid-19. Hingga April kemarin, piutang pembiayaan multifinance masih berada di angka Rp 364 triliun atau turun 16,29% secara year-on-year.
Hanya saja jika melihat data OJK bulan April, ada beberapa lini bisnis pembiayaan sektor konsumsi yang mulai mengalami pertumbuhan secara tahunan. Ambil contoh, ada pembiayaan elektronik yang mulai tumbuh 4,3% yoy menjadi Rp 4,77 triliun.
Ada juga pembiayaan rumah toko baru yang meningkat hingga 200% yoy menjadi Rp 12 miliar. Selain itu, pembiayaan apartemen bekas pertama juga meningkat sebanyak 100% yoy menjadi Rp 58 miliar dan pembiayaan rumah tinggal baru kedua berubah 0,8% yoy menjadi Rp 125 miliar.
Baca Juga: OJK terus menjaga sektor jasa keuangan tetap stabil di tengah upaya pemulihan ekonomi
Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkapkan bahwa kenaikan beberapa lini bisnis tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan total seluruh pembiayaan multifinance hingga saat ini.
“Pembiayaan-pembiayaan kayak elektronik itu kan persentasenya masih rendah dan beberapa pemainnya masih sedikit,” ujar Suwandi kepada KONTAN.
Suwandi bilang kalau pembiayaan di multifinance saat ini paling banyak masih dipengaruhi oleh kinerja pembiayaan kendaraan bermotor. Sehingga, jika pembiayaan kendaraan bermotor belum memiliki hasil positif maka akan berpengaruh pula pada total keseluruhan pembiayaan multifinance.
Perlu diketahui, total pembiayaan kendaraan bermotor roda dua baik bekas maupun baru masih mengalami penurunan hingga 20,9% yoy menjadi Rp 82,06 triliun. Sedangkan untuk pembiayaan kendaraan bermotor roda empat baik bekas maupun baru juga turun 12,53% yoy menjadi Rp 166,04 triliun.
Baca Juga: OJK menilai sektor jasa keuangan hingga April 2021 masih solid, ini indikatornya
Suwandi bilang sejatinya beberapa stimulus pemerintah seperti diskon PPnBM bisa sedikit mendongkrak kinerja pembiayaan kendaraan bermotor. Hanya saja, masalah keterbatasan stok menjadi penghambat pertumbuhan pembiayaan.
“Penjualan kendaraan bermotor yang sulit melesat bakal mempengaruhi pembiayaan. Seperti sekarang stimulus PPnBM, banyak orang order mobil tapi stoknya gak ada,” tambah Suwandi.
Hal tersebut membuat Suwandi belum optimis dengan target pertumbuhan pembiayaan bisa mencapai 5% di tahun ini. Ia juga menyoroti kucuran dana dari perbankan ke multifinance yang belum merata sehingga membuat pertumbuhan yang sulit.
“Kita lihat nanti bulan keenam ini kalau masih tidak meningkat, pertumbuhan pembiayaan bisa mengarah ke arah negatif. Tapi nanti lihat dulu habis semester 2 ini, baru saya akan proyeksi target ulang,” jelas Suwandi.
Adira Finance sendiri mengamini bahwa ada beberapa lini bisnis pembiayaan yang meningkat hingga saat ini, seperti yang terjadi pada pembiayaan durables. Hingga saat ini pembiayaan baru untuk perabotan rumah tangga (durables) yang di dalamnya termasuk elektronik mencapai Rp 130,73 miliar atau berkontribusi 1% dari total pembiayaan di Adira Finance.
Baca Juga: Outstanding industri penjaminan kredit meningkat jadi Rp 261,85 triliun hingga Maret
“Kalau dilihat dari menjelang lebaran hingga saat ini, ada peningkatan untuk pembiayaan perabotan rumah tangga. Di April 2021, pembiayaan baru durabel meningkat sebesar 17% dibandingkan dengan Maret 2021,” ujar Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli.
Hanya saja, Hafid mengakui bahwa daya beli masyarakat masih lemah akibat pandemi covid-19 ini. Oleh karena itu, perusahaan menyiapkan berbagai program menarik untuk menggenjot pembiayaan baru dan mengembangkan platform online seperti Adiraku untuk mempermudah transaksi pembiayaan.
Tahun ini, Adira Finance masih optimis untuk menargetkan penyaluran pembiayaan baru seluruh portfolio meningkat sebesar 20%-30% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Kenaikan pembiayaan ini mengingat kegiatan ekonomi telah berangsur membaik secara bertahap sehingga diharapkan daya beli masyarakat juga ikut meningkat,” pungkas Hafid.
Selanjutnya: Meskipun pandemi Covid-19 belum mereda, industri multifinance perlahan mulai bangkit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News