Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau regulator dan pemerintah sudah mengeluarkan sederet stimulus kredit, intermediasi ke segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tercatat masih terkontraksi. Bank Indonesia (BI) mencatat per Oktober 2020 kredit UMKM masih turun 1,6%. Melanjutkan penurunan di bulan sebelumnya 1,5%.
Bila dirinci penurunan ini disebabkan oleh kredit mikro yang turun 10,1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 238,9 triliun. Lebih lambat dari laju bulan sebelumnya. Sementara kredit menengah terpantau stagnan dan kredit kecil berhasil tumbuh 4,1% yoy.
Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id menjelaskan permintaan kredit di sektor perbankan saat ini masih dalam fase pemulihan. Artinya, sangat wajar bila kredit UMKM belum maksimal, sejalan dengan berlanjutnya pandemi yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis debitur.
Baca Juga: Esta Dana Ventura dapat fasilitas kredit dari Bank Sahabat Sampoerna Rp 200 miliar
Direktur BCA Santoso Liem pun mengamini kalau kredit komersial dan UKM memang terkontraksi sebesar 4,9% secara yoy menjadi Rp 182,7 triliun. Secara year to date (ytd) kontraksinya juga lebih besar mencapai -9,9%. Ke depan, BCA tengah berupaya mendorong segmen UMKM.
Salah satunya dengan mengembangkan program bertajuk Bangga Lokal, sebagai wadah promosi, edukasi, pemasaran hingga pembiayaan modal kerja bagi UMKM yang menjadi mitra perusahaan.
Sementara itu, PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) mengatakan di kuartal III 2020 kredit perseroan tumbuh positif 8,34% yoy menjadi Rp 19,9 triliun. Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur bilang pertumbuhan ini juga didorong kredit UKM yang naik 7,69% yoy. Begitu juga kredit ritel yang naik cukup agresif 9,16%.
"Target BRI Agro di 2020 adalah pertumbuhan kredit sebesar 4% yoy mengingat adanya Pandemi sehingga kita melakukan revisi sesuai dengan kondisi yang ada," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (1/12).
Baca Juga: Perkuat modal, Bank Bisnis bakal menggelar rights issue Rp 290 miliar
Lebih lanjut, Hirawan menjelaskan meskipun kredit tetap tumbuh pihaknya saat ini mengalami penurunan pendapatan bunga sebesar -2,6%. Ini artinya, memang ada perlambatan realisasi kredit dibanding kondisi normal yang disebabkan adanya pemberian relaksasi kredit.
Hal itu bisa menjadi jawaban atas masih lesunya kredit UMKM secara industri. Namun, ke depan diperkirakan segmen ini bisa tumbuh lebih tinggi sejalan dengan stimulus yang diberikan pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Sementara itu, Ekonom Indef Eko Listiyanto bilang pertumbuhan kredit UMKM ke depan akan berkaitan dengan pulihnya sektor-sektor ekonomi yang selama ini menjadi penyerap kredit perbankan segmen UMKM, terutama sektor perdagangan, industri kecil-menengah, pertanian, dan pariwisata & ekonomi kreatif.
Nah, seiring pandemi, beberapa sektor yang tetap tumbuh positif seperti sektor yang terkait kesehatan, kebersihan, pangan/suplemen, akan menjadi tren baru bagi UMKM ke depan yang juga berpeluang naik meskipun pandemi sudah berakhir.
Dia menjelaskan, strategi agar UMKM tetap bertahan, dari sisi regulator upaya perpanjangan restrukturisasi sudah tepat, namun masih perlu dipersiapkan fase transisi ketika nanti restrukturisasi diakhiri di 2022, jangan sampai NPL membengkak pasca restrukturisasi.
Baca Juga: Kredit ekspor Bank Mandiri melonjak
Caranya dengan mendorong peningkatan kinerja ekonomi UMKM yang sejalan dengan pemulihan ekonomi. "Jadi regulator harus memastikan bahwa UMKM menjadi kontributor pemulihan ekonomi saat ini, jangan sampai UMKM tertinggal di belakang dalam pemulihan ekonomi," ujarnya.
Eko juga menilai realisasi dana PEN yang diberikan kepada bank BUMN atau Himbara dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) saat ini juga belum maksimal. Penyebabnya, ada beberapa sektor yang ekspansinya memang masih tertekan akibat pandemi. Selain itu, masih banyak UMKM yang tidak terhubung dengan bank atau unbankable.
Sebagai informasi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi penyaluran kredit dari penempatan dana pemerintah di perbankan sebesar Rp 254,37 triliun. Sebelumnya pemerintah menempatkan dana Rp 64,5 triliun di bank BUMN, BPD dan Bank Syariah. Rinciannya, penyaluran kredit dari bank Himbara senilai Rp 218,36 triliun, BPD Rp 30,12 triliun dan bank syariah Rp 5,89 triliun.
Selanjutnya: Gelar RUPSLB, begini susunan manajemen dan strategi bisnis Bank Permata ke depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News