Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Sementara itu, Ekonom Indef Eko Listiyanto bilang pertumbuhan kredit UMKM ke depan akan berkaitan dengan pulihnya sektor-sektor ekonomi yang selama ini menjadi penyerap kredit perbankan segmen UMKM, terutama sektor perdagangan, industri kecil-menengah, pertanian, dan pariwisata & ekonomi kreatif.
Nah, seiring pandemi, beberapa sektor yang tetap tumbuh positif seperti sektor yang terkait kesehatan, kebersihan, pangan/suplemen, akan menjadi tren baru bagi UMKM ke depan yang juga berpeluang naik meskipun pandemi sudah berakhir.
Dia menjelaskan, strategi agar UMKM tetap bertahan, dari sisi regulator upaya perpanjangan restrukturisasi sudah tepat, namun masih perlu dipersiapkan fase transisi ketika nanti restrukturisasi diakhiri di 2022, jangan sampai NPL membengkak pasca restrukturisasi.
Baca Juga: Kredit ekspor Bank Mandiri melonjak
Caranya dengan mendorong peningkatan kinerja ekonomi UMKM yang sejalan dengan pemulihan ekonomi. "Jadi regulator harus memastikan bahwa UMKM menjadi kontributor pemulihan ekonomi saat ini, jangan sampai UMKM tertinggal di belakang dalam pemulihan ekonomi," ujarnya.
Eko juga menilai realisasi dana PEN yang diberikan kepada bank BUMN atau Himbara dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) saat ini juga belum maksimal. Penyebabnya, ada beberapa sektor yang ekspansinya memang masih tertekan akibat pandemi. Selain itu, masih banyak UMKM yang tidak terhubung dengan bank atau unbankable.
Sebagai informasi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi penyaluran kredit dari penempatan dana pemerintah di perbankan sebesar Rp 254,37 triliun. Sebelumnya pemerintah menempatkan dana Rp 64,5 triliun di bank BUMN, BPD dan Bank Syariah. Rinciannya, penyaluran kredit dari bank Himbara senilai Rp 218,36 triliun, BPD Rp 30,12 triliun dan bank syariah Rp 5,89 triliun.
Selanjutnya: Gelar RUPSLB, begini susunan manajemen dan strategi bisnis Bank Permata ke depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News