Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
Kalah bersaing
Syahrul menjadikan jagung sebagai komoditas bandingan betapa struktur harga kedelai saat ini tidak menguntungkan para petani.
“Sementara kalau jagung dia tanam, 1 hektarnya bisa 5 ton paling sedikit. Dengan harga Rp 5.000 juga dia bisa hasilkan di atas Rp 20 juta. Ongkos produksinya kurang lebih Rp 7-8 juta, tapi hasilnya lebih banyak. Makanya tidak ada yang mau tanam kedelai. Kalau kita suruh tanam (kedelai) maksimal, ini merugikan (petani),” lanjutnya.
Di sisi lain, untuk mengatasi harga jual yang terlalu tinggi, Syahrul beranggapan bahwa petani kedelai butuh mendapatkan stimulasi harga, terutama dalam pengadaan bibit.
Jika tidak, maka para petani diprediksi akan pilih menggarap komoditas lain, semisal jagung yang dianggap lebih menguntungkan.
“(Kedelai dari) petani kita harus dibeli Rp 10.000 (per kilogram), jangan Rp 9.000. Kalau Rp 9.000, dia (petani) masih bisa beralih, dia akan ke jagung,” kata Syahrul.
Anggota Komisi IV DPR RI, Sutrisno, mengaku terkejut dengan data-data tersebut. Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) disebut membutuhkan sedikitnya 1 juta ton untuk memenuhi kedelai lokal sebagai bahan baku tahu.
“Kopti sudah menyampaikan, baku tempe perajin memilih untuk menggunakan kedelai impor. Untuk tahu, itu sangat baik, sangat tepat digunakan kedelai lokal. Kopti minta kepada pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kedelai lokal itu satu tahunnya 1 juta ton,” ujar Sutrisno dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Kemendag: Harga Kedelai Diprediksikan akan Terus Meningkat Drastis Jelang Lebaran
“Saya memaklumi kalau masih ada impor (kedelai) tempe, tapi untuk tahu mohon diproduksi. Sangat mengejutkan dari data pangan yang disampaikan kedelai kita tahun 2022 ini hanya mampu 200.000 ton, padahal dari waktu ke waktu anggarannya (untuk produksi kedelai dalam negeri) cukup besar,” imbuh politikus PDI-P tersebut.
Syahrul menyebutkan, pihaknya telah menyusun sejumlah agenda untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor kedelai.
“Jangka pendek atau darurat/SOS dengan buffer stock 20.000 ton in/out. Agenda temporer memperluas tanaman kedelai, April, Juni, Juli, Oktober, masing-masing 300.000 hektar,” kata Syahrul.
Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki strategi permanen untuk memperluas lahan kedelai. “Target 1 juta hektare tahun depan,” kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tahun Ini, Pemerintah Siapkan 3 Juta Ton Impor Kedela
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News