Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan berbasis teknologi digital di segmen layanan kesehatan (healthtech) semakin bertumbuh, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat menggunakan layanan medis berbasis online (telemedicine) selama masa pandemi covid-19. Perusahaan rintisan (startup) di bidang healthtech pun bermunculan untuk mencuil pasar yang semakin berkembang.
Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur menyampaikan, penggunaan healthtech tumbuh sekitar empat kali lipat dibandingkan sebelum masa pandemi covid-19 atau sejak bulan Januari 2020 lalu. Selain terdorong pandemi, meroketnya pengguna healthtech juga tak lepas dari rasio jumlah dokter di Indonesia yang masih terbatas dibandingkan jumlah penduduk.
Alhasil, ketika ada lonjakan kasus yang eksponensial pada masa pandemi covid-19 ini, kapasitas dokter untuk menangani konsultasi pasien menjadi sangat terbatas. Pada saat seperti ini, healthtech hadir menawarkan solusi melalui telemedicine.
Baca Juga: Didukung 43.000 dokter, platform Alodokter aktif layani 30 juta pengguna setiap bulan
"Selain itu, awareness dan curiosity masyarakat terkait kesehatan juga meningkat, sehingga layanan telemedicine ini semakin populer. Dengan telemedicine, masyarakat juga lebih terproteksi karena tidak harus ke rumah sakit untuk konsultasi dimana ketika ke rumah sakit, potensi terpapar covid-19 lebih besar," terang Taufid saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (7/7).
Menurut Taufiq, konsumen yang sudah memanfaatkan fasilitas telemedicine relatif terus menggunakannya. Artinya, ada manfaat yang dirasakan masyarakat dari platform ini. "Di tengah lonjakan kasus (corona), tentunya pertumbuhan user telemedicine akan lebih tinggi lagi dibandingkan tahun lalu," imbuhnya.
Senada, Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda juga menegaskan bahwa healthtech sangat berkembang sejak memasuki awal pandemi. Banyak masyarakat yang tadinya masih berobat secara offline beralih menggunakan telemedicine sebagai pilihan utama.
"Maka pada awal pandemi platform-platform healthtech mengalami peningkatan jumlah unduhan dan penggunaan yang relatif tinggi. Bisa mencapai empat kali lipat penggunaannya ketika pandemi," kata Huda.
Baca Juga: Jumlah kunjungan capai 27,5 juta, SehatQ proyeksikan kenaikan 200% hingga akhir 2021
Dia menambahkan, hadirnya perusahaan atau startup healthtech semakin meningkatkan penggunaan jasa medis secara nasional. Dengan begitu, pengembangan healthtech nantinya bisa menjadi bagian dari pengembangan kesehatan nasional.
"Istilahnya sebagai suplemen ketika faskes sangat sulit dijangkau oleh masyarakat. Namun tetap kita dorong pemerintah memperbanyak faskes. Sehingga healthtech menjadi suplemen yang bisa membuat sistem kesehatan nasional lebih baik," sambung Huda.
Sementara itu, Taufiq Nur memberikan catatan mengenai prospek pengembangan healthtech ke depan. Pertama, kolaborasi platform healthtech dengan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain akan menjadi kunci sehingga nantinya bisa menyajikan seamless customer experience. "Siapa yang lebih agile, itu yang akan memenangkan pasar healthcare ke depan," sebut Taufiq.
Kedua, faktor trust dan reputation akan sangat menentukan. Aspek kebenaran informasi mesti menjadi perhatian serius, karena kegagalan dalam menyampaikan informasi dapat merusak reputasi. Artinya, perlu ada mekanisme quality control dalam kualitas konsultasi yang diberikan setiap platform.
Ketiga adalah dukungan regulasi. "Saat ini momentum yang tepat untuk mendorong Kemenkes agar menyiapkan regulasi yang mendukung sektor healthtech ke depan di Indonesia," pungkas Taufiq.
Selanjutnya: Perluas Ekosistem, Bank Aladin berkolaborasi dengan Alfamart dan Halodoc
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News