Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan tak bisa memaksimalkan pendapatan bunga di tahun lalu lantaran pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2020 cenderung melambat akibat pandemi Covid-19 yang menghantam perekonomian. Perlambatan tersebut diprediksi bakal terus berlangsung hingga tahun 2021 meski tak selambat tahun lalu.
Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan, pendapatan non-bunga masih akan menjadi tumpuan pertumbuhan kinerja bank di tahun ini. Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk Taswin Zakaria menuturkan, tahun ini pertumbuhan kredit masih akan sangat tergantung pada kemajuan penanganan pandemi atau vaksinasi serta aktivitas masyarakat.
Kata Taswin, kalau penurunan permintaan kredit di tahun lalu memang berdampak pada pendapatan bunga yang menurun. Merujuk laporan keuangan, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) Maybank Indonesia pada tahun 2020 turun 11,11% secara year on year (yoy) menjadi Rp 8,16 triliun. Penurunan NII ini sejalan dengan penyaluran kredit perseroan Maybank di tahun 2020 yang terkontraksi 14,1% menjadi Rp 105,3 triliun.
Baca Juga: CIMB Niaga sudah pangkas bunga kredit konsumer hingga 250 bps
Padahal, pada tahun 2020 Maybank mampu menurunkan beban bunga cukup signifikan. Tercatat beban bunga di akhir 2020 sebesar Rp 5,56 triliun secara konsolidasi, turun 23,89% dari periode setahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,31 triliun. "Walaupun cost of fund (biaya dana) sudah turun, pendapatan bunga akan tergantung pada laju kredit," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (1/3).
Akibat perlambatan tersebut, pada tahun 2020 lalu Maybank mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,3 triliun, turun 27,78% dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya sebesar Rp 1,8 triliun.
Taswin sebelumnya menjelaskan, total pendapatan Maybank memang turun 10% secara tahunan karena fee dan bunga bersih turun yang diakibatkan adanya pembatasan wilayah dan melambatnya aktivitas usaha selama pandemi. Tercatat fee based income Maybank turun 8% secara yoy menjadi Rp 2,4 triliun tahun lalu.
Presiden Direktur PT Bank Panin Tbk Herwidayatmo juga mengatakan di tahun 2021 belum ada kepastian yang bisa menyebabkan kinerja bisa membaik. Itu artinya, Bank Panin masih membutuhkan waktu untuk memprediksi pemulihan ekonomi. "Harapannya tentu membaik, namum belum bisa dipastikan. Tahun 2021 baru berjalan dua bulan," terangnya.
Meski begitu, merujuk pada laporan keuangan bulanan Bank Panin per Januari 2021, kinerja bank ini sudah terlihat membaik. NII Bank Panin sudah meningkat 4,62% menjadi Rp 705,93 miliar (bank only). Laba besih Bank Panin masih flat dibandingkan realisasi di periode Januari 2020 sebesar Rp 211,15 miliar. Sayangnya, Herwidayatmo belum dapat merinci kinerja di tahun 2020 lantaran Bank Panin belum mempublikasikan kinerja tahun lalu.
Baca Juga: BCA berharap stimulus di sektor properti bisa pacu penyaluran KPR tahun ini
Sementara, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) Daniel Budirahayu lebih optimistis memandang tahun 2020. Dia menjelaskan, pertumbuhan pendapatan bunga bersih sejatinya sangat mungkin tumbuh lebih pesat. Sebab, proyeksi OJK dan Bank Indonesia terhadap kredit jauh lebih optimistis dengan kenaikan di kisaran 6%-7% tahun ini.
Selain kredit yang diprediksi membaik, tren restrukturisasi kredit akibat Covid-19 pun sudah mulai melandai. Bahkan jauh lebih rendah dari permintaan restrukturisasi tahun lalu yang jumbo. "Di samping itu, tentunya pendapatan non bunga tetap diharapkan tumbuh seperti tahun lalu," ujarnya.
Daniel juga mengatakan, pada bulan Januari 2021 permintaan kredit baru memang masih pelan. Hanya saja, memasuki bulan Februari 2021, permintaan kredit sudah mulai naik, walau belum signifikan.
Merujuk pada laporan keuangan bulanan Bank Ina per Desember 2020, total kredit yang disalurkan bank ini tumbuh 16,35% yoy menjadi Rp 2,93 triliun. Kenaikan ini ikut mendorong pendapatan bunga bersih meningkat 16,3% secara tahunan dari Rp 155,68 miliar di akhir 2019 menjadi Rp 181,07 miliar.
Hasilnya, sepanjang tahun 2020 lalu Bank Ina masih mampu mencetak kenaikan laba bersih 1,6 kali lipat secara tahunan. "Tahun ini seharusnya lebih baik pertumbuhannya, karena diharapkan kredit sudah membaik," imbu Dainel.
Sebagai tambahan informasi saja, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepanjang tahun 2020 total NII perbankan sebesar Rp 381,9 triliun. Perolehan tersebut menurun 1,82% dari periode setahun sebelumnya yang mencapai Rp 389 triliun. Walhasil, total laba bersih perbankan secara industri turun 33,08% secara yoy menjadi Rp 104,71 triliun di akhir 2020.
Selanjutnya: Bank Mandiri targetkan pertumbuhan KPR hingga 30% sepanjang 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News