Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berkomitmen mengembangkan industri halal nasional. Oleh karena itu, saat ini pemerintah tengah menyiapkan 6 kawasan khusus untuk pengembangan industri halal tersebut.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan, pemerintah tengah menyiapkan enam kawasan khusus industri halal.
Pertama, ada dua kawasan yang dalam proses permohonan verifikasi sebagai kawasan industri halal. Dua kawasan tersebut adalah Kawasan Industri Modern Cikande di Serang Banten dan Kawasan Industri Safe N Lock di Sidoarjo Jawa Timur.
Kemudian, ada empat kawasan dalam persiapan pengembangan kawasan industri halal. Yakni Kawasan Industri Bintan Inti di Bintan Kepulauan Riau; Kawasan Industri Surya Borneo di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah; Kawasan Industri Batamindo di Batam Kepulauan Riau; dan Kawasan Industri Jakarta Pulogadung di DKI Jakarta.
Baca Juga: Kemenperin sebut peluang pengembangan indsutri mamin belum dimanfaatkan optimal
“Ini kira-kira 4 dan 2 kawasan yang sedang dalam persiapan pengembangan kawasan industri halal,” kata Susiwijono dalam diskusi Mendorong Pengembangan Industri Halal Lewat UU Cipta Kerja bersama Alinea Forum, Selasa (24/11).
Pemerintah juga mendorong masuknya kluster halal di Kawasan Ekonomi Khusus yang telah ada. Bahkan, bisa saja kluster halal masuk di KEK khusus pariwisata seperti di KEK Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB); KEK Tanjung Lesung, Banten; KEK Tanjung Lesung, Bangka-Belitung; dan KEK Likupang, Sulawesi Utara.
"Selain mengembangkan zona tertentu di satu lokasi, kita juga mengembangkan klaster halal di dalam kawasan yang sudah ada, misal di beberapa KEK,” terang dia.
Baca Juga: Reksadana syariah jadi pilihan unggul selama pandemi
Susiwijono mengatakan, potensi pengembangan industri halal masih bisa terus ditingkatkan. Ia menyebutkan, ekspor produk halal Indonesia ke negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) hanya sebesar 10,7%.
Sementara eksor produk halal ke pasar global hanya 3,8% atau US$7,6 miliar. Hal ini masih berada jauh di bawah negara seperti UEA, Bahrain, dan Turki. Padahal, Indonesia dikenal sebagai negara muslim terbesar di dunia.
"Masih kecil sekali ekspor produk halal kita, dan potensinya masih sangat besar,” tutur Susiwijono.
Baca Juga: Pebisnis teknologi Hongaria dan RI berdiskusi di Forum Bisnis Virtual HunIndoTech 2.0
Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar mengatakan, pentingnya sertifikasi halal sebagai jaminan untuk menembus pasar ekspor. Ia juga mendorong adanya integrated halal system untuk pengembangan industri halal dalam negeri.
“Yang paling utama keberpihakan pemerintah termasuk masyarakat terhadap produk halal,” ujar Sapta.
Selanjutnya: Kinerja indeks saham syariah lebih rendah dari IHSG, ini alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News