kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelacakan kontak kerap mendapat penolakan masyarakat


Senin, 23 November 2020 / 10:27 WIB
Pelacakan kontak kerap mendapat penolakan masyarakat

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia, tidak ada alasan bagi masyarakat untuk menolak pelacakan kontak. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal (Letjen) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Doni Monardo. 

Doni mengatakan bahwa penanganan kesehatan merupakan sebuah kerja kemanusiaan. Oleh karenanya, lanjut Doni, tenaga kesehatan hendak memastikan gejala sakit dikenali lebih awal dan demikian juga dengan riwayat kontak pasien.

"Semakin cepat diketahui, penularan lebih luas bisa dicegah. Ini karena mayoritas penderita Covid-19 adalah orang tanpa gejala (OTG),” tutur Doni seperti dalam keterangan tertulisnya yang Kompas.com terima. 

Menurut Doni, titik paling krusial saat ini dalam memperkecil risiko kematian akibat Covid-19 dengan menjaga agar pasien tidak berpindah fase atau kategori sakit. Selain itu, diusahakan pula bagi pasien agar tetap dengan gejala ringan sehingga lebih mudah disembuhkan. 

Baca Juga: PSBB transisi berakhir hari ini, Jakarta catat penambahan kasus covid-19 tertinggi

“Ini adalah prioritas dokter dan tenaga kesehatan sekarang, apalagi dalam seminggu terakhir tingkat penularan cenderung meningkat,” papar Doni. 

Lebih lanjut, Doni menjelaskan, kasus baru Covid-19 di Indonesia pada Sabtu (21/11/2020) yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 4.998 dalam sehari. Adapun Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta tercatat sebagai provinsi tertinggi penyumbang kasus, yakni mencapai 1.579 atau 31,6% dari kasus nasional. Kenaikan angka ini menyusul berbagai kasus kerumunan di wilayah. 

Baca Juga: Ketua Satgas Covid 19 meminta kluster kerumunan secara sukarela melakukan tes corona

“Dengan tambahan kasus pada Sabtu, tercatat 493.308 orang terkonfirmasi positif, sedangkan 413.955 di antaranya sembuh atau sekitar 83,9%,” terang Doni. 

Sementara itu, kata Doni, total pasien meninggal sebanyak 15.774 orang, bertambah 96 orang dibandingkan total pasien meninggal sehari sebelumnya. “ Pasien meninggal di seluruh dunia telah mencapai 1,39 juta jiwa,” ujarnya. 

Memutus penularan Covid-19 dengan 3T 

Dalam kesempatan tersebut Doni menyampaikan, salah satu cara memutus mata rantai penularan Covid-19 adalah dengan melakukan testing (pemeriksaan), tracking (pelacakan) dan treatment (perawatan) (3T) yang tepat kepada pasien yang tertular. 

“Namun, pemeriksaan dan pelacakan ternyata tidak mudah dilakukan karena terjadi penolakan di masyarakat,” ungkapnya. 

Doni menduga, fenomena ini terjadi karena di masyarakat masih berkembang stigma negatif bagi penderita Covid-19 takut divonis tertular. “Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita Covid-19 sembuh,” ujarnya. 

Baca Juga: Relawan penanganan Covid-19 mundur, ini respon Ketua Satgas Doni Monardo

Seperti di Indonesia sekarang, lanjut Doni, angka kesembuhan telah menembus 83,9% dari kasus aktif. Nilai tersebut jauh di atas kesembuhan dunia yang hanya di level 69 persen. “Untuk itu jangan takut, sebab penularan Covid-19 yang makin cepat diketahui akan memudahkan pasien menjalani pemulihan,” ucapnya. 

Namun sebaliknya, kata Doni, bila terlambat, risiko tingkat kematian akan semakin tinggi, apalagi bila pasien juga memiliki penyakit bawaan. Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19 dari Rumah Sakit (RS) Persahabatan Jakarta, ditemukan pasien dengan kategori ringan memiliki risiko kematian nol persen. 

Baca Juga: Ini syarat pembelajaran tatap muka dapat dilakukan di sekolah pada Januari 2021

Sementara itu, pasien dengan kategori sedang mencapai 2,6%, pasien kategori berat 5,5 persen dan pasien kategori kritis memiliki risiko kematian 67,4%. Doni memaparkan, kategori kritis adalah pasien dengan komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, pneumonia berat, serta gagal oksigenasi dan ventilasi. 

“Tak sedikit pasien memasuki fase kritis karena sebelumnya memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru,” ujar Doni. 

Kerja sama dengan Kemenkes  

Sebagai langkah lebih lanjut dalam mencegah penularan Covid-19, Satgas Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah. Satgas Covid-19 saat ini telah menurunkan lebih dari 5.000 relawan tracer atau pelacak kontak untuk melakukan deteksi awal penularan di 10 prioritas. 

Namun, upaya melakukan pelacakan ternyata tidak mudah karena sebagian masyarakat menolak untuk diperiksa. Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K Gintings menambahkan, timnya saat ini sedang berada di lapangan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien. 

“Para pelacak kontak ini sekarang tengah mengalami persinggungan dengan masyarakat untuk memutus rantai penularan,” ujar Alexander. 

Baca Juga: Satgas minta kepala daerah cegah pelanggaran protokol kesehatan

Alexander menegaskan, gerakan kesehatan untuk menanggulangi Covid-19 adalah sebuah gerakan kemasyarakatan non partisan, untuk kemanusiaan, non diskriminatif dan pro terhadap kehidupan. 

“Ini yang perlu ditanamkan sehingga masyarakat tidak perlu resisten agar anggota di lapangan bekerja aman dan nyaman serta tidak dicurigai,” terangnya. 

Alex menambahkan, semua pihak berjuang memutuskan rantai penularan dengan menerapkan protokol kesehatan. Maka dari itu, pihaknya juga perlu kelompok pendukung, yaitu tim pelacak kontak dari Dinkes, Kemenkes, dan Satgas Penanganan Covid-19. 

“Jadi tim pelacak kontak adalah sahabat masyarakat yang menolong saya, keluarga, dan sahabat-sahabat semua dari rantai penularan Covid-19,” tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Doni Monardo Tegaskan Tidak Ada Alasan Bagi Masyarakat Tolak Pelacakan Kontak"
Penulis : Dwi Nur Hayati
Editor : Sri Noviyanti

Selanjutnya: Buntut kerumunan massa FPI, relawan penanganan Covid-19 mengundurkan diri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×