kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PBB: Bencana alam menewaskan 2 juta orang dalam 50 tahun, kerugian US$ 3,64 triliun


Rabu, 01 September 2021 / 20:45 WIB
PBB: Bencana alam menewaskan 2 juta orang dalam 50 tahun, kerugian US$ 3,64 triliun

Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Badan meteorologi PBB mencatat, saat ini ada lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia yang meninggal dunia akibat bencana alam dalam 50 tahun terakhir.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melaporkan jumlah bencana alam, seperti banjir dan gelombang panas, yang didorong oleh perubahan iklim telah meningkat lima kali lipat selama 50 tahun terakhir, merugikan manusia hingga US$ 3,64 triliun.

Lebih dari 91% dari 2 juta kematian akibat bencana terjadi di negara berkembang yang umumnya memiliki sistem peringatan dini yang kurang mumpuni.

Baca Juga: Kim Jong Un puji sukarelawan muda Korea Utara: Mereka pahlawan yang mengagumkan

Dilansir dari Reuters, program jajak pendapat bertajuk Atlas yang dilakukan WMO mensurvei sekitar 11.000 bencana yang terjadi antara 1979 dan 2019.

Di antaranya termasuk bencana kekeringan di Ethiopia tahun 1983 yang menewaskan 300.000, serta Badai Katrina pada 2005 yang menelan kerugian hingga US$ 163,61 miliar.

Laporan tersebut menunjukkan tren terjadinya bencana yang semakin cepat. Jumlah bencana alam meningkat hampir lima kali lipat dari tahun 1970-an hingga dekade terakhir. 

WMO meyakini, peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih sering karena perubahan iklim dan pemanasan global.

Seiring berjalannya waktu, kerugian material akibat bencana alam juga meningkat, dari US$175,4 miliar pada tahun 1970-an menjadi US$1,38 triliun di 2010-an.

Baca Juga: WHO awasi kemunculan varian virus corona baru bernama Mu

Di sisi lain, WMO menyebutkan, jumlah kematian tahunan telah turun dari lebih dari 50.000 pada tahun 1970-an menjadi sekitar 18.000 di tahun 2010. Hal ini didorong oleh sistem perencanaan dan peringatan yang lebih baik.

"Meskipun kerugian ekonomi meningkat seiring dengan meningkatnya eksposur, peningkatan sistem peringatan dini multi-bahaya telah menyebabkan penurunan angka kematian yang signifikan," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dalam laporan tersebut.

Melalui laporan ini, WMO berharap, pemerintah di seluruh dunia menjadi lebih sadar akan risiko bencana alam, termasuk pentingnya menyiapkan sistem peringatan dini.

WMO mencatat, hanya setengah dari 193 anggotanya yang memiliki sistem peringatan dini multi-bahaya. Dalam kasus ini, terjadi kesenjangan yang parah terutama di Afrika.

Selanjutnya: Badan Energi Atom IAEA Kembali Mengendus Aktivitas Reaktor Nuklir Korea Utara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×