kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Pasca rights issue, BRI berpotensi kembali menjadi bank beraset terbesar


Selasa, 12 Oktober 2021 / 15:15 WIB
Pasca rights issue, BRI berpotensi kembali menjadi bank beraset terbesar

Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesuksesan rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan menghimpun dana  Rp 95,9 triliun akan berdampak besar terhadap pertumbuhan aset perseroan. Bergabungnya Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) berpotensi membawanya kembali meraih posisi sebagai bank dengan aset terbesar di Tanah Air. 

Seperti diketahui, BRI berhasil meraih dana tunai sebesar Rp 41,2 triliun dari pemegang saham publik lewat rights issue dalam rangka pembentukan Holding Ultra Mikro (UMi). Sedangkan Rp 54,7 triliun didapat dalam bentuk partisipasi non tunai Pemerintah dengan meng-inbrengkan Pegadaian dan PNM.

Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2021, BRI tercatat memiliki aset Rp 1.450,9 triliun atau masih tumbuh 4,6% secara year on year (YoY). PNM mempunyai aset Rp 38,15 triliun dan Pegadaian Rp 67,8 triliun. Sehingga total aset ketiga entitas ini mencapai Rp 1.556,86 triliun.

Sementara Bank Mandiri memiliki aset sebesar Rp 1.580,5 triliun pada periode yang sama, meningkat 16,26% YoY. Bank ini mendapat limpahan aset dari hasil merger bank syariah BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang keungannya di konsolidasikan ke perseroan. Itu yang membuatnya berhasil menyaingi BRI yang sebelumnya selalu jawara dari sisi aset.

Baca Juga: Kredit sektor berkelanjutan bisa bertumpu ke UMK, kesempatan bagi BRI & BTPN Syariah

Mengacu pada posisi Juni tersebut, selisih total aset Holding UMi dengan Bank Mandiri hanya Rp 23,6 triliun. Namun, jika melihat kesuksesan rights issue BRI maka peta aset perbankan bisa  berubah lagi. 

"Dengan adanya tambahan modal BRI maka akan berdampak pada penambahan asetnya. Aset BRI bisa menjadi yang terbesar di Indonesia karena ada tambahan gabungan dari aset Pegadaian dan PNM," kata Trioksa Siahaan Senior Fakulty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) pada KONTAN, Senin (11/10). 

Dia menambahkan, prospek pertumbuhan aset Holding UMi berpotensi lebih besar lagi karena potensi UMKM masih sangat besar di Indonesia. Seiring dengan semakin longgarnya pembatasan mobilitas dan aktivitas ekonomi semakin bergairah maka pertumbuhan kredit UMKM BRI diperkirakan akan semakin mekar. 

Sementara Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI belum bisa menginformasikan perkembangan aset BRI pasca rights issue. Dia bilang, itu baru bisa dilihat dalam laporan kinerja kuartal III 2021 yang akan dipublikasikan pada akhir Oktober atau awal November mendatang. 

Namun, dia mengatakan perseroan telah memproyeksikan bahwa asetnya akan tumbuh positif tahun ini sejalan dengan pertumbuhan pinjaman. Untuk mendorong pertumbuhan aset, BRI akan fokus pada segmen mikro, terutama dengan penguatan sinergi UMi dengan Pegadaian dan PNM. 

BRI memprediksi penyaluran kredit sampai akhir tahun bisa tumbuh sekitar 6%-7%. Viviana Dyah Ayu Retno, Direktur Keuangan BRI mengatakan, penyaluran kredit BRI memang sempat mengalami tekanan pada bulan Juli ketika pembatasan aktivitas diperketat lewat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).  Namun, pada Agustus hingga September, penyaluran kredit BRI sudah kembali membaik.

Bank besar lain juga terus berupaya mendorong pertumbuhan aset namun secara sehat dan berkelanjutan. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) hingga Agustus 2021membukukan aset tumbuh 4,3% dibanding akhir tahun 2020. 

Novita Anggraini Direktur Keuangan BNI mengatakan, pertumbuhan ini ditopang DPK sebesar 2,5%. Dana tumbuh terutama didorong oleh dana murah sehingga komposisinya terhadap total DPK naik menjadi 68%.  Dari sisi lending, total kredit terus tumbuh positif di tengah masa PPKM dengan fokus pada sektor-sektor usaha yang prospektif.

"Sebagai strategi jangka Panjang dan berkelanjutan, pertumbuhan total aset akan kami dorong melalui pertumbuhan DPK khususnya CASA dengan optimalisasi tabungan payroll serta merchant, peningkatan kerjasama dengan partner strategis melalui optimalisasi ekosistem bisnis, serta mengakselerasi transformasi layanan digital perbankan," jelas Novita. 

Sedangkan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 4%-6%. Vera Eve Lim Direktur Keuangan BCA mengatakan, proyeksi tersebut ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi. 

Pertumbuhan kredit ini pada akhirnya akan mendorong peningkatan aset BCA ke depan. "Hingga saat ini, kami masih melakukan melakukan monitoring secara intens terkait kondisi saat ini, khususnya di tengah situasi PPKM dalam rangka menekan laju penularan pandemi COVID-19 menuju pemulihan ekonomi," ujarnya. 

Per Juni 2021, aset BCA tumbuh 15,8% YoY karena ditopang oleh kinerja DPK yang tumbuh 17,5%. Dana murah melonjak 21% YoY menjadi Rp 697,1 triliun dan deposito berjangka meningkat 6,8% YoY mencapai Rp198,2 triliun.

Selanjutnya: Bank pelat merah optimalkan penyaluran kredit lewat agen laku pandai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×