kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pandemi Berpengaruh Signifikan Terhadap Semakin Turunnya Permintaan Apartemen


Rabu, 05 Januari 2022 / 08:20 WIB
Pandemi Berpengaruh Signifikan Terhadap Semakin Turunnya Permintaan Apartemen

Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dani Indra Bhatara, Direktur Coldwell Banker Commercial, perusahaan konsultan properti, menyatakan jika sejak tahun 2016 permintaan apartemen baik di Jakarta maupun kota-kota lainnya mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Di Jakarta, serapan di tahun 2019 tidak sampai 20% dari permintaan di tahun 2015. Tahun 2020 dan 2021 kembali mengalami perlambatan akibat dari adanya pandemi COVID-19, begitu pula dengan pasokan yang lebih terbatas terjadi atau mengalami penurunan sejak tahun 2016.

"Melihat hal ini, pengembang sudah mulai hati-hati dan cukup menyadari adanya perlambatan ini sehingga tidak jor-joran memasarkan apartemen baru," jelasnya kepada Kontan, Selasa (4/1).

Ia mencatat, beberapa tahun sebelum pandemi pengembangan apartemen lebih terfokus pada apartemen yang memiliki keunggulan baik dari sisi lokasi maupun kedekatan dengan transportasi massal. Pengembangan terjadi di beberapa lokasi Central Business District (CBD), juga apartemen yang terintegrasi dengan LRT dan stasiun KA.

Menurutnya, pengembangan apartemen ini fokus pada aksesibilitas ke lokasi kerja yang memiliki potensi baik untuk end-user maupun investor.

Baca Juga: REI Minta Pengembang Tunda Proyek Apartemen, Ini Tanggapan Metropolitan Land (MTLA)

Ia menegaskan, kondisi pandemi memiliki pengaruh signifikan terhadap semakin turunnya permintaan akan apartemen. Ia berpendapat investor sebagai pembeli utama apartemen, saat ini sudah cukup banyak memiliki unit apartemen di berbagai lokasi, mengalami kesulitan untuk menyewakan unit yang dimilikinya karena turunnya permintaan sewa.

Selain itu, kelompok ekspatriat khususnya di CBD menurun karena harus pulang ke negaranya dan belum sepenuhnya kembali ke Indonesia selama masa pandemi. Hal ini yang menyebabkan sewa apartemen kelas menengah atas – atas tidak tersewa.

Hal ini dibarengi oleh adanya kebijakan WFH yang membuat pekerja tidak membutuhkan tinggal di area yang dekat dengan tempat kerja, yang juga menurunkan permintaan akan sewa apartemen. "Hal yang sama terjadi juga di area dekat universitas dimana permintaan sewa menurun drastis karena mahasiswa tidak harus kuliah tatap muka," tuturnya.

Keadaan di masa pandemi kembali menekan kondisi pasar apartemen yang sudah cukup berat, sehingga serapan apartemen secara umum di masa pandemi relatif sangat rendah yang mengindikasikan pasar sedang tidak sehat.

Tentunya pengembang perlu berhati-hati dalam merencanakan pengembangan baru sebuah apartemen. Hal ini terkait kapan waktu yang tepat untuk kembali memasarkan produk baru, target yang dituju, harga dan cara bayar yang sesuai, hingga konsep pengembangan yang masih diminati pasar.

"Pengembang telah menunda selama 2 tahun untuk melakukan pengembangan baru apartemen, tentu perlu lebih berhati-hati untuk memastikan target pasar yang dituju dan kepastian market sewa maupun capital gain dari investasi tersebut," sambungnya.

Dani mengatakan, apartemen di secondary market mengalami penurunan harga transaksi yang cukup signifikan mencapai kisaran 10-20% hingga kini. Hal ini dikarenakan cukup banyak investor yang melepaskan unit apartemennya di masa pandemi namun dibarengi oleh menurunnya calon pembeli, dan mengakibatkan pemilik harus menurunkan harga jual untuk dapat bertransaksi segera.

Sementara di pasar primer, sebagian apartemen memberikan kemudahan-kemudahan dalam pembayaran, seperti diskon Down Payment, angsuran diperpanjang, free interior, dan berbagai cara untuk menarik konsumen. Price list umumnya tidak mengalami perubahan atau penurunan, namun promosi yang dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi harga jual kisaran 5-10%.

Baca Juga: Sepanjang 2021, Kementerian PUPR Selesaikan 7.075 Unit Rusun

Ia mengatakan, ke depannya pengembang perlu melihat dengan jeli kepastian akan pasar, baik pasar jual maupun pasar sewa. Saat ini apartemen masih cukup didominasi oleh investor yang berharap adanya capital gain dan keuntungan dari sewa unitnya, sehingga jika pasar sewa sudah kembali mengalami peningkatan tentu dapat kembali menarik investor untuk melakukan pembelian apartemen di area yang kepastian sewanya lebih tinggi.

Ia menuturkan, bagi end-user, selain akses yang mudah, kemudahan cara bayar akan menarik minat bagi pembeli.

"Jadi, beberapa konsep masih cukup menarik bagi pembeli, baik karena tingginya minat sewa maupun kemudahan aksesibilitas. Konsep TOD, kedekatan dengan universitas, mixed use, merupakan sebagian konsep yang masih diminati jika pasar sewa dan end-user sudah kembali mengalami peningkatan. Sehingga selain melihat minat pasar, konsep, uniqueness, dan aksesibilitas tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh pihak pengembang," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×