kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pada Bulan Ini, Kinerja Reksadana Saham Diramal Akan Kembali Moncer


Jumat, 04 Maret 2022 / 04:15 WIB
Pada Bulan Ini, Kinerja Reksadana Saham Diramal Akan Kembali Moncer

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Februari menjadi periode yang positif untuk kinerja reksadana. Berdasarkan data dari Infovesta Utama, seluruh jenis reksadana berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja. 

Reksadana dengan pertumbuhan tertinggi adalah reksadana saham di mana Infovesta 90 Equity Fund Index yang mengukur kinerjanya berhasil tumbuh 2,43%. Lalu disusul oleh reksadana campuran yang kinerjanya tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index yang naik 1,54%.

Sementara reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang masing-masing kinerjanya tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index dan Infovesta 90 Money Market Fund Index berhasil tumbuh 0,36% dan 0,20%.

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengungkapkan, faktor pendorong kinerja reksadana saham adalah pergerakan IHSG yang menguat 3,88% secara bulanan. IHSG juga berhasil mencapai level tertinggi baru di 6.929, sebelum akhirnya ditutup di level 6.888.

Baca Juga: IHSG Moncer, Reksadana Saham Catat Kinerja Ciamik Sepanjang Februari

“Penguatan IHSG ini antara lain didukung oleh aksi beli investor asing terhadap saham berkapitalisasi besar, terutama perbankan, serta kenaikan harga komoditas,” kata Ika kepada Kontan.co.id, Rabu (2/3).

Memasuki Maret, kondisi pasar keuangan dihadapkan dengan perang antara Rusia - Ukraina yang mengakibatkan meningkatnya ketidakpastian. Ika menjelaskan, pasar akan terus mengamati perkembangan konflik beserta dampaknya terhadap ekonomi, harga komoditas dan pasar keuangan global. 

Selain konflik, pasar juga menantikan pertemuan The Fed yang dijadwalkan akan berlangsung pada 15-16 Maret, di mana The Fed berencana akan menghentikan program pembelian obligasi dan mulai menaikkan suku bunga untuk meredam laju inflasi AS yang terus mengalami kenaikan. 

Semula pasar, memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 0,5% pada pertemuan Maret. Namun setelah berlangsungnya perang, Ika meyakini kemungkinan terbesar The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25% sambal mencermati perkembangan ekonomi lebih lanjut.

Sementara Direktur Panin Asset Management Rudiyanto meyakini perang bisa menjadi katalis negatif jika eskalasi terus memanas dan melibatkan banyak negara. Namun, konflik kali ini melibatkan negara penghasil komoditas energi yang besar sehingga berdampak terhadap harga komoditas. 

Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Catat Kinerja Paling Apik Sepekan Terakhir

Menurutnya, dari persepsi asing, Indonesia adalah negara komoditas sehingga dianggap sebagai negara yang diuntungkan.

“Sama seperti 2020 ke sektor kesehatan dan teknologi, lalu 2021 ke sektor digital, 2022 kemungkinan akan menjadi tahunnya energi dan komoditi di mana Indonesia menjadi negara tujuan investor asing,” imbuh Rudiyanto.



TERBARU

×