kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NPL perbankan diprediksi bakal terkerek pada 2021, imbas perpanjangan restrukturisasi


Selasa, 29 Desember 2020 / 05:30 WIB
NPL perbankan diprediksi bakal terkerek pada 2021, imbas perpanjangan restrukturisasi

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan pertumbuhan kredit yang diprediksi membaik, tahun depan, laju pertumbuhan rasio non performing loan (NPL) diprediksi bakal ikut naik. Meski begitu, sebagian besar bankir yang dihubungi Kontan.co.id menilai peningkatannya tidak akan terlalu masif. 

Hal ini didasarkan atas kebijakan perpanjangan restrukturisasi kredit hingga 2022 serta pelonggaran penilaian kualitas kredit oleh pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Direktur Treasury dan Internasional Banking PT Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, adanya perpanjangan itu praktis akan memberi peluang lebih besar bagi banyak debitur untuk memanfaatkan perpanjangan waktu program relaksasi tersebut. 

"Sementara ini (stimulus) masih membantu terjaganya rasio NPL di bawah 5%. Di bulan Oktober, rasio NPL masih terjaga pada 3,15% (industri). Secara umum kondisi perbankan Indonesia masih terjaga dengan baik," paparnya belum lama ini. 

Baca Juga: Kredit perbankan diyakini lebih menggeliat di tahun depan, ini sebabnya

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Atturidha menjelaskan hingga November 2020 rasio NPL Bank Mandiri ada di level 3,4%. Pihaknya memproyeksikan angka tersebut akan bertahan atau sedikit mengalami perbaikan di akhir tahun ini. 

Adapun, di tahun 2021 Bank Mandiri memprediksi NPL akan terjaga di level yang cenderung stabil. "Pada tahun depan kami melihat kecenderungan NPL akan tetap terjaga di kisaran 3,4%-3,5% seiring dengan perpanjangan program restrukturisasi dan potensi adanya pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi covid-19," ujar Rudi, Senin (28/12).

Senada, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja secara singkat mengatakan selama program restrukturisasi dilanjutkan, seharusnya posisi NPL perbankan tidak banyak berubah. 

Hanya saja, Jahja menegaskan bahwa setiap bank punya kemampuan yang berbeda dalam memitigasi risiko. Termasuk pembentukan cadangan kredit bermasalah. 
Untuk saat ini, BCA masih mengkalkulasi kondisi ekonomi dan industri di tahun depan. 

Untuk berjaga-jaga, Jahja mengisyaratkan pihaknya dimungkinkan untuk menambah pencadangan. Kendati sampai September 2020 rasio pencadangan BCA sudah menembus 243,5%. Jauh dari posisi setahun sebelumnya 163,8%. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga memandang tahun depan NPL tidak akan banyak berubah. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto memproyeksi NPL BRI pada 2021 bakal terjaga di kisaran 3%, atau di bawah rata-rata industri perbankan. 

Senada dengan bankir sebelumnya, Aestika pun meyakini program restrukturisasi OJK akan memberi ruang bagi bank untuk menyelamatkan debitur. Khususnya dalam hal ini debitur UMKM yang terdampak pandemi Covid-19. 

"Selain itu, dengan adanya perpanjangan stimulus lainnya akan memberikan dukungan kepada perbankan dalam mengelola percadangan kredit," terangnya. 

BRI telah melakukan berbagai strategi menjaga NPL, antara lain dengan secara intensif memonitor kualitas kredit debitur, melakukan penagihan dan melakukan menerapkan relaksasi secara selektif dan tetap memperhatikan prinsip prudential banking. 

Baca Juga: BI: Per November 2020, kredit perbankan kontraksi 1,39%

Pertumbuhan kredit juga dilakukan secara selektif yang berfokus pada Segmen UMKM khususnya mikro. BRI juga menyalurkan kredit pada sektor tidak terdampak signifikan seperti pangan, pertanian dan kesehatan. Sebagai langkah antisipatif BRI juga telah membentuk pencadangan kredit yang memadai dengan rasio NPL coverage di atas 200%.

Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) David Pirzada malah yakin NPL bisa susut di tahun depan. Asal tahu saja, pada kuartal III 2020 Bank BNI memang mencatat kenaikan NPL sebanyak 1,8% menjadi 3,6%. 

Hal inilah yang menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi BNI untuk menekan laju tersebut. "Kami optimistis dapat menurunkan NPL di tahun depan," terang David. 

Dia juga meyakini kondisi ekonomi dan bisnis yang akan membaik di tahun 2021 bisa menjadi dorongan bagi perseroan untuk membenahi kinerja.  "BNI juga akan terus mengalokasikan CKPN yang cukup untuk mengcover potensi risiko yang ada," katanya.

Selanjutnya: Restrukturisasi kredit terimbas pandemi diyakini terkendali, ini penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×