kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Negara kaya ngotot jalankan booster vaksin Covid-19, abaikan imbauan WHO


Jumat, 06 Agustus 2021 / 11:09 WIB
Negara kaya ngotot jalankan booster vaksin Covid-19, abaikan imbauan WHO

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - PARIS/BERLIN. Sejumlah negara kaya, seperti Jerman, Prancis, dan Israel, akan melanjutkan rencana pemberian booster vaksin Covid-19. Mereka mengabaikan imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyerukan untuk menunda sampai lebih banyak penduduk di seluruh dunia divaksinasi.

Reuters memberitakan, keputusan untuk terus melanjutkan dengan suntikan booster menggarisbawahi ketidakadilan besar dalam menanggapi pandemi, ketika negara-negara kaya meningkatkan program untuk melindungi warga dari varian Delta yang lebih menular.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis sedang berupaya meluncurkan dosis ketiga untuk orang tua dan rentan mulai September.

Jerman bermaksud untuk memberikan booster kepada pasien immunocompromised, yang sangat tua dan penghuni panti jompo mulai September.

Baca Juga: Gara-gara varian Delta, kasus global Covid-19 meroket

Sementara, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan mendesak warga yang lebih tua untuk mendapatkan suntikan ketiga setelah pemerintah bulan lalu memulai kampanye untuk memberikan dosis booster.

"Siapa pun yang berusia di atas 60 tahun, dan belum menerima dosis ketiga dari vaksin, enam kali lebih rentan terhadap penyakit parah dan  kematian," kata Bennett.

Dalam diskusi online dengan publik dan jurnalis, Bennett mengatakan upaya Israel untuk memberikan dosis ketiga vaksin Pfizer/BioNTech kepada orang-orang di atas 60 tahun akan memberikan informasi penting kepada dunia dalam memerangi varian Delta.

Baca Juga: WHO: Tunda suntik vaksin Covid-19 booster hingga akhir September

"Israel, dengan populasi 9,3 juta, adalah negara kecil yang penggunaan vaksinnya tidak terlalu mempengaruhi pasokan dunia secara signifikan", tambahnya.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu menyerukan penghentian sementara booster hingga setidaknya akhir September, dengan mengatakan tidak dapat diterima bagi negara-negara kaya untuk menggunakan lebih banyak pasokan vaksin global. 

Semakin timpang

Melansir Reuters yang mengutip data WHO, negara-negara berpenghasilan tinggi mampu memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat. Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.

"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global untuk menggunakan lebih banyak lagi," kata Tedros.

Jerman menolak tuduhan itu, dengan mengatakan pihaknya juga akan menyumbangkan setidaknya 30 juta dosis vaksin ke negara-negara miskin.

Baca Juga: Ini rencana pemerintah terkait pemberian vaksin dosis ketiga ke masyarakat umum

"Kami ingin memberikan vaksinasi ketiga kepada kelompok rentan di Jerman dan pada saat yang sama mendukung vaksinasi sebanyak mungkin orang di dunia," kata kementerian kesehatan.

Menyusul komentar Tedros, Gedung Putih mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya siap untuk memberikan suntikan penguat jika diperlukan, menunjukkan bahwa mereka juga tidak akan mengindahkan seruan WHO. 

Pfizer mengatakan booster kemungkinan besar diperlukan karena berkurangnya respons antibodi, terutama setelah enam bulan.

Baca Juga: Jerman akan berikan suntikan penguat COVID-19 pada bulan September mendatang

Regulator kesehatan AS telah mengatakan bahwa lebih banyak bukti ilmiah diperlukan untuk memastikan diperlukan booster tertentu, tetapi telah mengindikasikan bahwa mereka percaya suntikan ketiga mungkin diperlukan untuk orang dengan sistem kekebalan yang terganggu.

Pemerintah Macron sedang mencoba untuk meningkatkan program vaksinasi Prancis ketika negara itu menghadapi gelombang keempat virus dan demonstrasi jalanan sebagai protes terhadap kebijakan Covid-19 pemerintah.

Prancis dan Jerman sejauh ini telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 kepada 64,5% dan 62% populasi masing-masing, dengan 49% Prancis dan 53% Jerman telah divaksinasi penuh.

Selanjutnya: Permintaan booster vaksin ikut melecut target penjualan vaksin Pfizer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×