Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Penelitian kembali menemukan keanehan di inti Bumi. Bahkan, salah satu keanehan di inti Bumi tersebut terjadi di bagian bawah wilayah Indonesia.
Keanehan yang menjadi misteri tersebut adalah inti Bumi tumbuh miring . Lalu, panas inti Bumi yang terletak di bagian wilayah Indonesia berkurang lebih cepat dibandingkan di Brasil.
Seperti dilansir dari Space, Rabu (16/6/2021), para ilmuwan hanya bisa melihat fenomena ini saat mereka mempelajari gelombang seismik, yakni getaran bawah tanah yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang tersebut melewati inti besi padat dari planet ini.
Untuk beberapa alasan, gelombang seismik tersebut bergerak melalui inti Bumi secara signifikan lebih cepat saat gelombang itu bergerak di antara kutub utara dan selatan, dibandingkan ketika mereka bergerak melintasi khatulistiwa.
Para peneliti telah mengetahui perbedaan pergerakan gelombang seismik tersebut selama beberapa dekade, yang dikenal sebagai anisotropi seismik. Akan tetapi, para ilmuwan ini tidak dapat memberikan penjelasan yang konsisten dengan data yang tersedia.
Di masa kini, dengan menggunakan simulasi komputer dari pertumbuhan inti Bumi selama miliaran tahun terakhir, tampaknya menawarkan solusi. Studi baru ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience edisi 3 Juni lalu.
Baca juga: Bumi berputar lebih cepat, siap-siap berkenalan dengan Detik Kabisat
Setiap tahun, sedikit demi sedikit, inti Bumi tumbuh dalam pola miring, dengan kristal besi yang baru terbentuk lebih cepat di sisi timur inti daripada di sisi barat. "Pergerakan besi cair di inti Bumi bagian luar membawa panas menjauh dari inti dalam, menyebabkannya membeku," kata penulis utama studi Daniel Frost, seismolog di University of California, Berkeley, Amerika Serikat.
"Jadi ini berarti inti luar telah mengambil lebih banyak panas dari sisi timur (di bawah Indonesia) daripada barat (di bawah Brasil)," imbuh Frost. Artinya, inti Bumi di bawah Indonesia kehilangan panas lebih cepat daripada yang berada di bawah Brasil.
Pertumbuhan asimetris inti Bumi bagian dalam itu, kata peneliti, bukan berarti ada kecacatan atau berisiko, sehingga menjadikannya tidak seimbang. Rata-rata, jari-jari inti Bumi bagian dalam tumbuh merata sekitar 1 milimeter setiap tahun.