Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat menyentuh level terendah dan merosot selama enam beruntun, Harga Batubara Acuan (HBA) merangkak naik dalam tiga bulan terakhir di tahun ini. Namun secara rerata tahunan, HBA 2020 jadi yang terendah sejak 2015.
Ditutup sebesar US$ 59,65 per ton untuk HBA Desember, rerata HBA untuk tahun 2020 ini hanya sebesar US$ 58,17 per ton. Dalam catatan Kontan.co.id, rerata HBA tahun ini anjlok dibanding tahun lalu yang sebesar US$ 77,89 per ton. Apalagi jika dibandingkan tahun 2018 yang menyentuh level tertinggi yakni US$ 98,96 per ton.
Rerata HBA 2020 juga menjadi yang terendah sejak 2015 yang saat itu masih di level US$ 60 per ton. Sedangkan pada 2016 rerata HBA sebesar US$ 62 per ton dan 2017 mencapai level US$ 86 per ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyampaikan, penurunan harga komoditas dan indeks batubara pada tahun ini lebih disebabkan dampak pandemi.
Baca Juga: Biaya ekspor impor membengkak gara-gara kelangkaan kontainer
"Itu mengakibatkan rendahnya demand akibat kebijakan lockdown, pembatasan di berbagai negara sementara dari sisi supply relatif masih stabil meskipun mengalami penurunan," kata Hendra, dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (4/12).
Adapun kenaikan HBA di akhir 2020 tak lepas dari meningkatnya impor batubara dari China. Permintaan terdongkrak seiring dengan musim dingin dan mulai membaiknya demand industri setelah sempat terpuruk akibat pandemi covid-19.
"Seperti biasa, di kuartal IV, tren permintaan meningkat dan level harga saat ini mendekati harga di saat awal 2020 yang lalu," sambung Hendra.
Kendati begitu, Hendra belum bisa memastikan apakah tren kenaikan HBA di tiga bulan terakhir ini menandakan harga yang kembali rebound dan berlanjut pada tahun depan. Yang pasti, dia menegaskan bahwa kesepakatan (MoU) dengan China melalui China Coal Transportation and Distribution (CCTDA) akan memberi sentimen positif untuk 2021. "Harapannya akan meningkat terus," kata Hendra.
Baca Juga: Harga batubara melonjak 15,38% dalam sebulan terakhir, ini sebabnya
Seperti diketahui, pada pada Rabu (25/11) pekan lalu, Indonesia dan China melalui APBI dengan CCTDA meneken MoU pembelian batubara. Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengungkapkan, kesepakatan ini akan meningkatkan volume perdagangan. Harapannya, ekspor batubara Indonesia ke China tahun depan bisa menyentuh ke level 200 juta ton.
Merujuk pada data tahun lalu, China menjadi pasar paling dominan untuk ekspor batubara Indonesia dengan porsi 33% dari keseluruhan volume ekspor. Jumlahnya berada di level 140-an juta ton. Namun, untuk mencapai target ekspor 200 juta ton ke China pada tahun depan, hal itu masih akan tergantung pada kesepakatan masing-masing perusahaan secara Business to Business (B to B).