Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
Sri Mulyani mengambil contoh, negara Amerika Serikat (AS) pernah dibobol data ASN-nya. Kemudian, badan pengelola jaminan kesehatan Inggris juga pernah dibobol. Pun data kesehatan Singapura juga pernah dibobol juga oleh peretas. Ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk melindungi data.
Ketiga, terkait sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, saat ini memang banyak orang yang sudah memiliki kapasitas, terpelajar, dan memiliki kemampuan untuk menghadapi transformasi digital. Namun, masih banyak pula yang belum mampu.
Baca Juga: Defisit anggaran hingga Februari mencapai Rp 63,6 triliun
“Masih banyak yang gaptek (gagap teknologi). Jadi ini kita butuh sekali investasi SDM untuk membuat mereka menjadi sangat siap (ready) untuk transformasi digital,” katanya.
Terakhir, pemerintah juga harus waspada dengan apa yang akan terjadi setelah Covid-19 ini selesai. Sri Mulyani pun mengutip dari salah satu riset PT SMI. Menurut hasil riset tersebut, ada kekhawatiran akan ada kesenjangan yang melebar antara mereka yang melek teknologi dan yang tidak melek teknologi.
Tak hanya terkait teknologi, diperkirakan akan terjadi disparitas tentang pendapatan. Makanya, pemerintah harus sigap dari sekarang untuk memeratakan transformasi digital agar hal tersebut bisa diminimalisir.
Selanjutnya: Ekonomi Indonesia diperkirakan masih terkontraksi hingga minus 2% pada kuartal I
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News