kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengerikan! Hampir 40 orang tewas dalam aksi protes Myanmar


Kamis, 04 Maret 2021 / 10:38 WIB
Mengerikan! Hampir 40 orang tewas dalam aksi protes Myanmar
ILUSTRASI. Tiga puluh delapan orang tewas di Myanmar saat militer berupaya memadamkan aksi protes di beberapa kota pada Rabu (3/3/2021). REUTERS/Stringer

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan data yang mengejutkan. Tiga puluh delapan orang tewas di Myanmar saat militer berupaya memadamkan aksi protes di beberapa kota pada Rabu (3/3/2021). Ini menjadi hari paling kejam sejak demonstrasi menentang kudeta militer pertama kali meletus pada bulan lalu.

Melansir Reuters yang mengutip penuturan sejumlah saksi mata, polisi dan tentara melepaskan tembakan dengan peluru tajam dengan sedikit peringatan.

Pertumpahan darah terjadi satu hari setelah negara-negara tetangga menyerukan pengekangan pasca militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.

“Mengerikan, ini pembantaian. Tidak ada kata yang dapat menggambarkan situasi dan perasaan kami,” kata aktivis pemuda Thinzar Shunlei Yi kepada Reuters melalui aplikasi perpesanan.

Baca Juga: Rabu berdarah, 10 tewas kala pasukan keamanan Myanmar tembaki pendemo anti-kudeta

Menurut sebuah badan organisasi bantuan, korban tewas termasuk empat orang anak. Sementara, media lokal memberitakan, ratusan pengunjuk rasa ditangkap.

“Hari ini adalah hari paling berdarah sejak kudeta terjadi pada tanggal 1 Februari. Kami memiliki hari ini - hanya hari ini - 38 orang meninggal. Kami sekarang memiliki lebih dari 50 orang tewas sejak kudeta dimulai, dan banyak yang terluka,” utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan di New York.

Baca Juga: Militer Myanmar tahan dan seret 6 jurnalis ke pengadilan, ini alasannya

Seorang juru bicara dewan militer Myanmar yang berkuasa tidak menjawab panggilan telepon dari Reuters.



TERBARU

×