Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Schraner Burgener mengatakan bahwa dalam percakapan dengan wakil panglima militer Myanmar Soe Win, dia telah memperingatkannya bahwa militer kemungkinan besar akan menghadapi tindakan keras dari beberapa negara dan isolasi sebagai pembalasan atas kudeta tersebut.
"Jawabannya adalah: 'Kami terbiasa dengan sanksi, dan kami selamat'," katanya kepada wartawan di New York. “Ketika saya juga memperingatkan mereka akan terisolasi, jawabannya adalah: 'Kita harus belajar berjalan hanya dengan sedikit teman'.”
Dewan Keamanan PBB akan membahas situasi pada hari Jumat dalam pertemuan tertutup, kata para diplomat.
Penembakan berkesinambungan
Ko Bo Kyi, sekretaris gabungan kelompok hak asasi Tahanan Politik Asosiasi Bantuan Myanmar, sebelumnya mengatakan militer menewaskan sedikitnya 18 orang. Tetapi jumlah korban meningkat pada penghujung hari.
Di kota utama Yangon, saksi mata mengatakan sedikitnya delapan orang tewas, tujuh di antaranya ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan berkelanjutan di sebuah lingkungan di utara kota pada sore hari.
Baca Juga: Demonstrasi menentang junta militer di Myanmar terus berlanjut
“Saya mendengar begitu banyak tembakan terus menerus. Saya berbaring di tanah, mereka banyak menembak,” kata pengunjuk rasa Kaung Pyae Sone Tun, 23 tahun, kepada Reuters.
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan Amerika Serikat "terkejut" dengan meningkatnya kekerasan. Pemerintahan Presiden Joe Biden sedang mengevaluasi langkah-langkah yang "tepat" untuk menanggapi dan tindakan apa pun akan ditargetkan pada militer Myanmar, tambahnya.
Baca Juga: Rabu berdarah, 6 tewas saat pasukan keamanan Myanmar menembaki pendemo
Menurut Price, Amerika Serikat telah menyampaikan kepada China bahwa mereka sedang membujuk Beijing untuk memainkan peran konstruktif di Myanmar.