kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menelaah Jejaring Bisnis Minyak Goreng Grup Salim dan Sinar Mas


Jumat, 25 Februari 2022 / 07:45 WIB
Menelaah Jejaring Bisnis Minyak Goreng Grup Salim dan Sinar Mas

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nama entitas konglomerasi besar, Grup Salim dan Sinar Mas tengah mendapat sorotan. Hal ini terjadi usai keduanya dituding melakukan penyalahgunaan terhadap stok minyak goreng oleh Satgas Pangan Polri. Baik Grup Salim maupun Sinar Mas sama-sama menepis tudingan tersebut.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) menyebut bahwa pabrik minyak goreng SIMP di Deli Serdang, Sumatera Utara diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng mi instan Grup Salim atau PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang notabene memproduksi mi instan merek Indomie.

“Jumlah maksimal produksi minyak goreng di pabrik Lubuk Pakam Deli Serdang adalah sekitar 8.500 ton per bulan atau 283 ton per hari,” tulis Yati Salim, Corporate Secretary SIMP dalam keterbukaan informasi, Rabu (23/2).

Sementara itu, Manajemen PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) menilai, pemberitaan di media massa terkait dugaan penjualan 61.000 liter minyak goreng jatah masyarakat kepada sejumlah pelaku industri di Makassar, Sulawesi Selatan tidak benar.

Baca Juga: Kapolda Sumut: Hasil Audit, Salim Ivomas (SIMP) Tak Lakukan Penimbunan Minyak Goreng

Pengiriman olein atau minyak goreng curah ke bulking SMAR di Makassar pada Februari 2022 sejak awal ditujukan untuk industri dan domestic market obligation (DMO). “Tidak ada penyalahgunaan alokasi seperti yang dituliskan di media massa,” tulis Manajemen SMAR di keterbukaan informasi BEI, Rabu (23/2).

Lantas, seperti apa gambaran gurita bisnis minyak goreng yang dijalani Grup Salim dan Grup Sinar Mas?

Grup Salim menjadi salah satu penguasa industri minyak goreng di Indonesia. Bisnis minyak goreng Grup Salim dilakukan secara terintegrasi mulai dari penanaman kelapa sawit, pengolahan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), pengolahan produk turunan CPO, hingga akhirnya menjadi minyak goreng.

Terdapat Indofood Agri Resources Ltd yang mengelola bisnis perkebunan terintegrasi milik Grup Salim. Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini memiliki anak usaha di Indonesia, yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang mengelola perkebunan sawit hingga memproduksi minyak goreng. SIMP juga merupakan pemilik saham pengendali PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Merujuk situs resmi Indofood Agri Resources, perusahaan ini memiliki area perkebunan sawit tertanam di Sumatera dan Kalimantan seluas 253.061 hektare (Ha) per 31 Desember 2020. Perusahaan ini memiliki 27 pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas total 7 juta ton per tahun serta 5 pabrik refinasi CPO dengan total kapasitas 1,7 juta ton per tahun. Adapun merek minyak goreng yang dimiliki Grup Salim antara lain Bimoli, Delima, dan Happy.

Berdasarkan laporan keuangan SIMP, perusahaan ini membukukan pendapatan sebesar Rp 14,12 triliun per kuartal III-2021 atau tumbuh 36,95% (yoy) dibandingkan realisasi pendapatan per kuartal III-2020 sebesar Rp 10,31 triliun.

Dari jumlah tersebut, SIMP memperoleh pendapatan dari bisnis minyak goreng dan lemak nabati sebesar Rp 11,66 triliun hingga kuartal III-2021. Kemudian diikuti oleh pendapatan dari bisnis perkebunan sebesar Rp 7,36 triliun. Pendapatan dari kedua segmen bisnis ini kemudian dikurangi oleh eliminasi sebesar Rp 4,90 triliun.

Belum terdapat data terkait realisasi volume produksi dan penjualan minyak goreng SIMP sepanjang tahun 2021. Bila mengacu pada laporan tahunan 2020, penjualan dan distribusi minyak goreng SIMP didukung oleh Grup Distribusi Indofood yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia. Lebih dari 85% dari produk minyak goreng SIMP dipasarkan secara domestik, sedangkan sisanya diekspor ke negara-negara Asia, Afrika, Amerika, Timur Tengah, dan Australia.

Sementara itu, Grup Sinar Mas menjalani bisnis minyak goreng yang juga terintegrasi dengan bisnis agribisnis dan pangan yang mana lini bisnis ini dikendalikan oleh Golden Agri-Resources Ltd (GAR). Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Singapura sejak 1999.

GAR memiliki salah satu anak usaha di Indonesia yaitu PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) yang memproduksi beberapa merek minyak goreng seperti Filma, Kunci Mas, Mitra, dan Palmvita.

Baca Juga: Sinar Mas Agro (SMAR) Tepis Dugaan Penyalahgunaan Stok Minyak Goreng di Makassar

Minyak goreng tersebut dihasilkan dari perkebunan sawit milik Sinar Mas yang luasnya mencapai 137.512 Ha di Sumatera dan Kalimantan berdasarkan data per akhir 2020. Sinar Mas mengoperasikan 16 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas terpasang sebesar 4,35 juta ton per tahun.

Perusahaan ini juga memiliki 4 pabrik rafinasi dengan kapasitas 2,88 juta ton per tahun dengan tingkat utilisasi tahunan rata-rata 83% untuk mengolah CPO hingga menjadi minyak goreng.

Produk minyak goreng SMAR dipasarkan baik dalam bentuk curah, industri, dan bermerek, di pasar domestik maupun internasional. Perusahaan ini telah mengekspor produknya ke lebih dari 70 negara dengan fokus utama di pasar-pasar yang berkembang seperti Eropa, China, India, Pakistan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Serikat.

Berdasarkan laporan keuangan, SMAR mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 40,38 triliun per kuartal III-2021 atau tumbuh 43,19% (yoy) dibandingkan penjualan bersih per kuartal III-2020 sebesar Rp 28,20 triliun.

Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 34,94 triliun disumbangkan oleh penjualan dari segmen integrasi usaha produk konsumen dan aktivitas perdagangan, sedangkan bisnis perkebunan dan lainnya masing-masing menyumbang penjualan senilai Rp 2,69 triliun dan Rp 2,74 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×