Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
Selain melihat peluang, tentu ada tantangan yang harus dihadapi HELI pada segmen bisnis ini. Edwin menjelaskan, tantangannya adalah pengoperasian dan perizinan yang masih membatasi daerah yang dapat pihaknya layani.
Saat ditanya perihal rencana belanja modal di tahun ini, Edwin mengatakan, capital expenditure (capex) di 2021 sebesar Rp 10 miliar untuk pembelian cargo drone belum terealisasi sehingga akan menjadi dana belanja modal di 2022.
Melansir laporan keuangannya terakhir yakni periode Januari-September 2021, HELI mencatatkan pendapatan turun 27,8% yoy dari sebelumnya Rp 72,66 miliar di 2020 menjadi Rp 52,43 miliar di September 2021.
Kendati begitu, di periode 9 bulan 2021 HELI mencatatkan penurunan beban pokok pendapatan cukup drastis hingga 46% yoy dari sebelumnya Rp 61,03 miliar menjadi Rp 32,98 miliar di September 2021.
Maka dari itu, laba bruto HELI terungkit 67,22% yoy menjadi Rp 19,45 miliar. Setelah dikurangi beban-beban dan pajak, Jaya Trishindo mencatatkan laba tahun berjalan Rp 2,73 miliar di September 2021.
Pada periode 9 bulan di 2021, HELI mencatatkan perubahan total liabilitas lebih dari 20%. Tercatat, jumlah liabilitas HELI pada September 2021 senilai Rp 162,06 miliar atau turun 20,4% yoy dari sebelumnya yang senilai Rp 203,64 miliar. Manajemen HELI menjelaskan, penurunan liabilitas ini karena adanya pembayaran atas utang bank, utang pembiayaan, dan utang usaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News