kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Manfaat kerjasama local currency settlement antara Indonesia-China


Selasa, 07 September 2021 / 06:40 WIB
Manfaat kerjasama local currency settlement antara Indonesia-China

Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan bank sentral China atau People’s Bank of China (PoBC) secara resmi memulai implementasi kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) pada hari ini, Senin (6/9). 

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, penambahan negara mitra kerja sama LCS ini tentu akan membawa sentimen positif pada pergerakan nilai tukar rupiah, karena mengurangi ketergantungan terhadap dollar Amerika Serikat (AS). 

“Berarti, ini juga menurunkan potensi volatilitas dari pergerakan dollar AS. Karena, kita bisa menggunakan mata uang lokal sebagai penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi, dengan negara-negara yang memiliki kerja sama LCS ini,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (6/9). 

Belum lagi, China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia. Dalam hal ini, bila perdagangan diselesaikan dengan mata uang Yuan maupun Rupiah, bisa meningkatkan volume perdagangan antara kedua negara. 

Baca Juga: RI-China kerja sama LCS, GPEI: Bisa kurangi ketergantungan pada dollar AS

“Akan ada dampak positif, dan diharapkan mampu mendorong lebih lanjut volume perdagangan antara Indonesia dan China, karena lebih stabilnya nilai tukar antara kedua negara,” tambahnya. 

Tak hanya itu, dalam jangka panjang, implementasi LCS ini juga bisa menjaga nilai tukar rupiah dari dampak negatif adanya pengetatan stimulus moneter (tapering off) AS. Namun, dengan catatan implementasi harus cepat. 

Tak hanya itu, kesiapan pengusaha maupun bank-bank di negara masing-masing untuk berperan sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) untuk menjalankan skema ini juga harus diperhatikan. 

Peran komunikasi efektif dari bank sentral, pemerintah, maupun otoritas terkait sangat diperlukan untuk menarik para pelaku usaha untuk menggunakan skema LCS ini. Penting juga, adanya kemudahan implementasi, sehingga pelaku usaha tidak kesulitan dalam menggunakan kerja sama ini dan menghasilkan keuntungan yang optimal. 

Lebih lanjut, Riefky pun memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah di akhir tahun ini berada di kisaran Rp 14.000 hingga Rp 14.200. Namun, bila tapering off benar dilakukan mulai akhir tahun, maka nilai tukar rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 14.300 hingga Rp 14.500. 

Selanjutnya: Implementasikan LCS dengan China, BI beberkan manfaatnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×