Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor ritel untuk berinvestasi di fintech lending dengan menjadi pendana (lender) nyatanya masih terus tumbuh. Generasi milenial menjadi yang paling mendominasi dari lender ritel tersebut.
Kendati berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah lender ritel pada Maret 2022 mencapai 143.054 entitas atau menurun 3,4% month-on-month (mom) dari bulan sebelumnya yang sebesar 148.130, dan nilai pinjaman mencapai Rp 6,13 triliun.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W Budiawan menyebut, penurunan jumlah lender tersebut masih dalam gap yang wajar.
"Pada tahun lalu, di industri ini juga dijumpai penurunan jumlah rekening lender aktif pada beberapa bulan, namun kembali menunjukkan tren penambahan pada beberapa bulan selanjutnya," kata Bambang kepada kontan.co.id, Kamis (2/6).
Baca Juga: MNC Bank Gandeng Kredit Pintar Luncurkan Fitur Digital Lending di MotionBanking
Menurut Bambang, jika melihat data bulan Maret tersebut, meskipun jumlah rekening lender yang sedang aktif memberikan pendanaan menurun, namun jumlah nominal outstanding pinjaman yang diberikan oleh lender perseorangan tetap bertumbuh sebesar 18,82% mom atau menjadi Rp 6,13 triliun.
Sampai dengan bulan Maret 2022, terdapat akumulasi sebanyak 860.971 rekening lender yang telah menyalurkan pinjaman di P2P lending. Dari jumlah tersebut, rekening lender perseorangan sebanyak 859.479 atau 99,83%.
"Kami masih memperkirakan jumlah rekening lender ritel terus bertumbuh sampai dengan akhir tahun 2022. Hal ini disebabkan karena masih banyak pasar yang bisa digarap oleh penyelenggara P2P lending yang mampu menarik lender ritel baru," kata Bambang.
Pihaknya juga mendorong seluruh penyelenggara untuk dapat bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka mengembangkan bisnis model dan ekosistem, sehingga layanan yang diberikan dapat semakin variatif, aman, andal, serta memberikan kepuasan konsumen yang meningkat.
"Selain itu, kegiatan sosialisasi/edukasi juga masih kami galakkan bersama dengan asosiasi (AFPI) dan masing-masing penyelenggara P2P lending yang dapat menjadi pengungkit bertambahnya jumlah lender ritel baru," imbuh Bambang.
Salah satu pemain fintech P2P lending Akseleran juga mengaku, pendana ritel masih terus tumbuh baik dari sisi penambahan pendana ritel maupun nilai rata-rata pendanaan per pendananya.
Baca Juga: Amartha Targetkan Merekrut Tenaga Kerja Hingga 5.000 Orang dalam Lima Tahun ke Depan
"Porsi pendanaan pendana ritel di Akseleran sekitar 65%-70% dari total pendanaan. Dengan mayoritas usia pendana ritel berasal dari kalangan usia 26-35 tahun," ungkap Andri Madian selalu Chief Marketing Officer Akseleran.
Andri menjelaskan, saat ini imbal hasil yang diberikan untuk pendana ritel masih sangat menarik yaitu 10,5% per tahun dan di semua kampanye pinjaman Akseleran sudah diproteksi oleh asuransi kredit sebesar 99% dimana melindungi 99% pokok pinjaman tertunggak.
"Kami melihat tren ke depan masyarakat akan semakin percaya dengan P2P lending sebagai alternatif pilihan pengembangan dana. Kami juga melihat prospek penyaluran pinjaman sampai dengan akhir tahun akan terus tumbuh hingga 2 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ucap Andri.
Kenaikan jumlah lender ritel juga dirasakan oleh pemain fintech P2P lending lain seperti Koinworks. Menginjak akhir kuartal II tahun ini, Koinworks mencatatkan perkembangan lender ritel yang masih baik. Secara keseluruhan pengguna KoinWorks saat ini sebesar 1,6 juta pengguna dengan lender mencapai lebih 60%.
"Lender ritel masih mendominasi komposisi lender KoinWorks yaitu mencapai lebih dari 90% pendana. Banyaknya keterlibatan lender ritel menandakan literasi keuangan masyarakat Indonesia dan minat pada investasi yang semakin meningkat," sahut CFO Koinworks Mark Bruny.
Pendana ritel KoinWorks didominasi oleh usia muda yaitu generasi Z dan generasi milenial. Mark menyebut, peningkatan minat lender usia muda banyak ditemukan beberapa tahun terakhir, antara lain didukung oleh semakin banyaknya sarana untuk pendanaan secara digital dan kesadaran anak muda untuk mengembangkan keuangan mereka semakin meningkat.
Mark mengaku, imbal hasil yang diperoleh pendana memang bervariasi hingga 18% per tahun, yang tergantung dari profil risiko dan grade pendanaan.
Mark menerangkan, bahwa KoinWorks berupaya menyediakan penawaran yang menarik bagi para pendana melalui berbagai program promosi dan bundling produk yang sesuai dengan kebutuhan para pendana.
"KoinWorks melihat tren ke depan untuk pendana masih terus meningkat, mengingat kondisi ekonomi yang semakin membaik menjelang pasca pandemi," sambungnya.
Selain itu, menurut Mark, jumlah minimal pendanaan yang ditetapkan KoinWorks juga terhitung cukup terjangkau bagi para investor muda sehingga dapat menarik minat para pendana baru. Hingga akhir tahun diperkirakan pengguna KoinWorks mencapai kurang lebih 2 juta pengguna.
Setali tiga uang, fintech P2P lending Modalku mencatatkan total penyaluran Grup Modalku mencapai Rp 35,08 triliun dengan lebih dari 200.000 pendana yang melakukan pendanaan aktif di Grup Modalku. Di Indonesia sendiri, jumlah repeat lender mencapai 76% dari pendana Modalku. Portofolio pendana di Modalku mencakup ritel serta institusi.
Modalku telah bekerja sama dengan beberapa institusi perbankan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan kepada UMKM yang menjadi peminjam di Modalku, di antaranya BRI Agro, BNI, Mayapada dan baru-baru ini dengan Bank DBS. Namun jika dilihat dari jumlah akun, pendana Modalku masih didominasi oleh pendana ritel.
"Dari sisi usia, pendana di Modalku cukup bervariasi namun cukup didominasi generasi Y atau generasi milenial dengan rentang usia 21 - 30 tahun dan berjumlah sebanyak lebih dari 43%," tutur Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya.
Reynold menjelaskan, tingkat bunga yang bisa didapatkan cukup bervariasi sesuai dengan portofolio pinjaman yang didanai oleh pendana. Namun secara umum, pendana bisa mendapatkan tingkat bunga sekitar 10%-17% per tahunnya tergantung dengan preferensi dan toleransi risiko masing-masing pendana.
Menurutnya, dana yang dipinjamkan pendana merupakan tanggung jawab pendana. Untuk menghindari risiko gagal bayar, pendana bisa melakukan diversifikasi.
"Kami menyarankan pendana untuk melakukan pendanaan ke sebanyak mungkin pinjaman mulai dari Rp 100.000 per pinjaman. Lebih lanjut, pendana juga bisa memanfaatkan fitur Pinjaman Terproteksi yang memberikan proteksi terhadap pokok dan manfaat pendanaan kepada para pendana Modalku, tanpa adanya biaya tambahan atas manfaat proteksi," tegas Reynold.
Perseroan tentu berharap tahun 2022 tetap menjadi tahun potensial karena perekonomian yang juga perlahan membaik. Ke depannya Moldaku akan fokus untuk Kolaborasi dengan berbagai pihak tentunya dapat menjadi solusi untuk perkembangan bisnis UMKM.
Reynold mengaku, selalu terbuka untuk memperluas jangkauan pembiayaan Modalku di seluruh Indonesia. Sejalan dengan strategi bisnis Modalku untuk masuk dalam industri neobank saat ini, ke depannya Modalku juga akan menyesuaikan fasilitas yang disediakan sesuai dengan strategi bisnis tersebut.
"Langkah ini diambil sebagai upaya untuk terus memajukan perekonomian Indonesia dan tentunya menjangkau lebih banyak segmen di Indonesia," tandas Reynold.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News