kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laut China Selatan memanas, RI bisa jadi penengah antara AS-China


Senin, 01 Februari 2021 / 11:09 WIB
Laut China Selatan memanas, RI bisa jadi penengah antara AS-China
ILUSTRASI. Indonesia bisa berperan menjadi penengah antara Amerika Serikat dan China dalam konflik di Laut China Selatan. McLearnon/Handout via REUTERS.

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia bisa berperan menjadi penengah antara Amerika Serikat dan China dalam konflik di Laut China Selatan. Hal itu diungkapkan Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Profesor Ary Bainus. 

Ary menambahkan, kedua negara sudah sama-sama menempatkan kekuatan militer di Laut China Selatan. Oleh karena itu, dia menekankan Indonesia pantas merasa sangat khawatir kalau ketegangan situasi di Laut China Selatan terus meningkat dan berpotensi menjadi perang terbuka. 

"Indonesia mempunyai peluang dalam rangka memediasi permusuhan antara Amerika Serikat dengan China. Kita bisa mengambil peran di situ, terutama berkaitan dengan Laut China Selatan," kata Ary dalam diskusi bertajuk “Arah Kebijakan Presiden Amerika Joe Biden terhadap Indonesia dan Dunia,” Sabtu (30/1/2021). 

Peluang tersebut, lanjut Ary, cukup besar, karena Indonesia bukan termasuk negara yang mengklaim wilayah di Laut China Selatan, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia pada Minggu (31/1/2021).  Namun, Ary mengingatkan dengan tetap menjalankan politik luar negeri bebas aktif. 

Baca Juga: Duh! 6 Pesawat tempur China & pengintai AS sama-sama memasuki zona pertahanan Taiwan

Berkaitan dengan konflik di Laut China Selatan, menurut mantan diplomat Amerika, Stanley Harsha, Amerika Serikat tidak akan meminta Indonesia atau negara mana pun untuk memilih antara Amerika atau China. Stanley mengungkapkan kebijakan AS di bawah Biden dalam isu Laut China Selatan tidak akan berbeda dengan pemerintahan Presiden Donald Trump. 

“Amerika akan sangat tegas, sangat tegas, mungkin tidak banyak berbeda dengan Trump," ujar Stanley. 

Baca Juga: Militer China: Untuk menahan kami, mission impossible buat Amerika!



TERBARU

×