Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Mulai Rabu (1/6/2022), larangan ekspor ayam Malaysia mulai berlaku. Kebijakan ini akan mempengaruhi 3,6 juta ayam utuh yang dijual ke luar negeri setiap bulan.
Melansir The Straits Times, pihak berwenang Malaysia mengatakan, larangan itu akan berlaku sampai produksi dan harga stabil.
Analis menilai, kenaikan harga ayam di Malaysia hanyalah puncak gunung es di tengah lonjakan harga pangan konsumen karena kerawanan pangan global. Selain ayam, pasokan ikan di dalam negeri juga turun 70%.
Larangan ini membuat warga Singapura panik dan stress.
Dengan lebih dari sepertiga pasokan ayam Singapura berasal dari Malaysia, bagaimana bisnis di Singapura, seperti pasar basah dan warung nasi ayam, bertahan?
Penjual ayam di Singapura menghadapi biaya yang lebih tinggi dari pemasok pada hari pertama larangan ekspor ayam Malaysia pada Rabu (1/6/2022).
Baca Juga: Malaysia Setop Ekspor 3,6 Juta Ayam per Bulan, Ini Gara-garanya
Beberapa penjual ayam yang lebih bergantung pada pemasok Malaysia berhenti beroperasi selama sebulan, meskipun tidak ada antrian panjang di pasar yang dikunjungi The Straits Times.
Penjual nasi ayam mengatakan mereka bersiap untuk menjual ayam beku setelah persediaan ayam segar mereka habis dalam beberapa hari.
Sementara segelintir pembeli di pasar basah membeli lebih banyak ayam segar dari biasanya pada Selasa (31/5/2022). Pembeli yang lain mengatakan mereka hanya akan membeli apa yang mereka butuhkan dan nyaman beralih ke unggas beku atau daging lain jika ayam segar tidak lagi tersedia.
Sementara itu, beberapa konsumen menyempatkan diri untuk menyantap nasi ayam dan lauk lainnya sebelum larangan ekspor ayam segar Malaysia berlaku pada Rabu (1/6/2022).
Di antara pembeli yang berbicara kepada The Straits Times pada hari Selasa adalah operator gudang Han Jun Yin, 42 tahun, yang membeli 10 ayam dari sebelumnya 5 ayam di Pasar Utara 216 Bedok.
Baca Juga: Malaysia akan Meninjau Ekspor Bungkil Inti Sawit untuk Mengamankan Pasokan Pakan Ayam
Menu ayam juga menjadi menu andalan makan siang dan makan malam pemilik gym Viknesh Vennu setiap hari, baik itu ayam panggang dengan pasta, ayam panggang dengan couscous atau dada ayam panggang dengan sayuran.
Tetapi pria berusia 31 tahun itu mungkin harus segera mengganti daging favoritnya dengan sumber protein lain, seiring dengan diberlakukannya larangan ekspor ayam oleh Malaysia.
Singapura mengimpor hampir 73.000 ton ayam dari Malaysia tahun lalu - lebih dari sepertiga pasokan ayam Republik. Menurut Badan Pangan Singapura, daging ayam adalah daging yang paling banyak dikonsumsi di sini, dengan konsumsi per kapita 36 kg pada tahun 2020.
Sementara itu, mengutip AP, Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengumumkan pekan lalu bahwa, mulai 1 Juni, Malaysia akan melarang ekspor 3,6 juta ayam per bulan sampai harga domestik dan produksi stabil. Langkah itu paling terasa di Singapura, yang sumber sepertiga unggasnya berasal dari Malaysia.
Baca Juga: Ingin Stabilkan Pasokan Daging Ayam, Malaysia Kaji Ekspor Bungkil Inti Sawit
Hampir semua ayam diimpor hidup-hidup ke Singapura, di mana mereka disembelih dan didinginkan. Konsumen Singapura panik dan bergegas untuk membeli ayam segar menjelang larangan tersebut. Media lokal melaporkan bahwa rak-rak di beberapa pasar basah dan supermarket telah bersih dari unggas.
The Singapore Straits Times mengatakan penjual ayam memperkirakan biaya ayam beku bisa naik hingga 30%, membuat harga hidangan ayam melonjak. Pemerintah Singapura telah mendesak konsumen untuk beralih ke ayam beku dan daging alternatif lainnya, dan sedang menjajaki pasar baru untuk ayam segar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News