Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menu ayam juga menjadi menu andalan makan siang dan makan malam pemilik gym Viknesh Vennu setiap hari, baik itu ayam panggang dengan pasta, ayam panggang dengan couscous atau dada ayam panggang dengan sayuran.
Tetapi pria berusia 31 tahun itu mungkin harus segera mengganti daging favoritnya dengan sumber protein lain, seiring dengan diberlakukannya larangan ekspor ayam oleh Malaysia.
Singapura mengimpor hampir 73.000 ton ayam dari Malaysia tahun lalu - lebih dari sepertiga pasokan ayam Republik. Menurut Badan Pangan Singapura, daging ayam adalah daging yang paling banyak dikonsumsi di sini, dengan konsumsi per kapita 36 kg pada tahun 2020.
Sementara itu, mengutip AP, Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengumumkan pekan lalu bahwa, mulai 1 Juni, Malaysia akan melarang ekspor 3,6 juta ayam per bulan sampai harga domestik dan produksi stabil. Langkah itu paling terasa di Singapura, yang sumber sepertiga unggasnya berasal dari Malaysia.
Baca Juga: Ingin Stabilkan Pasokan Daging Ayam, Malaysia Kaji Ekspor Bungkil Inti Sawit
Hampir semua ayam diimpor hidup-hidup ke Singapura, di mana mereka disembelih dan didinginkan. Konsumen Singapura panik dan bergegas untuk membeli ayam segar menjelang larangan tersebut. Media lokal melaporkan bahwa rak-rak di beberapa pasar basah dan supermarket telah bersih dari unggas.
The Singapore Straits Times mengatakan penjual ayam memperkirakan biaya ayam beku bisa naik hingga 30%, membuat harga hidangan ayam melonjak. Pemerintah Singapura telah mendesak konsumen untuk beralih ke ayam beku dan daging alternatif lainnya, dan sedang menjajaki pasar baru untuk ayam segar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News