kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kualitas Investasi yang Masuk Indonesia Rendah, Ini Kata Ekonom


Senin, 09 Januari 2023 / 05:35 WIB
Kualitas Investasi yang Masuk Indonesia Rendah, Ini Kata Ekonom

Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom menilai, realisasi investasi di Indonesia masih belum menunjukkan perbaikan kualitas, bahkan bila dibandingkan periode satu windu silam. 

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan, hal ini bisa dilihat dari serapan tenaga kerja dari capaian investasi. 

"Investasi ke Indonesia masih belum menunjukkan perbaikan kualitas, bila dilihat dampaknya terhadap serapan tenaga kerja," tegas Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (8/1). 

Baca Juga: Berikut Cara Agar Investasi yang Masuk Makin Mendorong Perekonomian

Bhima menjabarkan data yang ia ambil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Capaian investasi periode Januari 2014 hingga September 2014 mencapai Rp 342,70 triliun. Ini menyerap tenaga kerja sekitar 960.336. 

Sedangkan capaian investasi periode Januari 2022 hingga September 2022 sebesar Rp 892,4 triliun, tetapi serapan tenaga kerja hanya 965.112 atau tak berbeda jauh dengan serapan delapan tahun sebelumnya. 

"Ini bisa dibilang, pada tahun 2014 dibutuhkan investasi lebih kecil untuk menyerap tenaga kerja lebih besar. Pada tahun 2022, nilai investasi naik tapi serapan tenaga kerja loyo," tuding Bhima. 

Bhima pun menyarankan, untuk mendorong kualitas investasi, maka pemerintah perlu mendorong investasi untuk masuk lebih banyak ke industri pengolahan (manufaktur). 

Baca Juga: Faisal Basri Beri Saran Agar Investasi yang Masuk ke Indonesia Makin Berkualitas

Pasalnya, industri manufaktur merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Ini akan menekan tingkat pengangguran di Indonesia. 

Hal yang bisa dialkukan oleh pemerintah adalah dengan memberi insentif pajak, mendorong kemudahan izin, penurunan biaya logistik, dan pemberantasan pungli. 

Ini untuk menekan biaya investasi di Indonesia. Ia menilai, biaya investasi di Indonesia saat ini masih mahal.

Terlihat dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 2022 yang sebesar 6,2%, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Faisal Basri Sebut Kualitas Investasi Indonesia Kurang, Ini Alasannya

"Bila ICOR tinggi, maka investor akan mengurangi rekruitmen tenaga kerja krena investasi yang dibutuhkan untuk proses produksi terlalu mahal," tutur Bhima. 

Selain menekan biaya investasi di Indonesia, Bhima juga meminta pemerintah untuk memberi perlindungan terhadap impor barang jadi dan meningkatkan akses ke bahan baku untuk mendorong industri manufaktur. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

×