Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Krisis semikonduktor/chip di rantai pasok global membayangi pemain industri otomotif. Gangguan pada pasokan komponen ini tercermin pada melebarnya jeda waktu antara pemesanan dan pengiriman.
Melansir Bloomberg (19/5), jarak waktu pemesanan dan pengiriman chip meningkat hingga 17 pekan di bulan April, berdasarkan temuan riset Susquehanna Financial Group. Walhasil, pasokan chip pabrikan manufaktur, termasuk di antaranya mobil, berpotensi terdampak.
Menurut informasi yang diperoleh Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie D Sugiarto, gangguan pasokan chip juga turut dirasakan oleh agen pemegang merek (APM) di Indonesia.
“Memang ada info dr APM bahwa ada kendala supply bahan baku/semiconductor untuk otomotif, tapi detail nya bisa ditanyakan kepada para APM saja,” ujar Jongkie saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/5).
Baca Juga: Akibat krisis chip, produsen mobil berpotensi kehilangan pendapatan US$ 110 miliar
Mengutip data Gaikindo, realisasi produksi mobil nasional di bulan April 2021 menyusut secara bulanan ke angka 90.618 unit. Sebelumnya, angka produksi mobil nasional masih mencapai 102.737 unit di bulan Maret. Belum ketahuan apakah penurunan ini berkorelasi dengan krisis pasokan chip di rantai pasok global atau tidak.
Angka produksi yang menyusut juga dijumpai dalam realisasi produksi bulan April 2021 pada sebagian dari 3 merek mobil dengan pangsa pasar di Indonesia, yaitu Toyota dan Honda.
Tercatat, angka produksi Toyota menurun dari semula 38.643 unit di bulan Maret 2021 menjadi 35.573 unit di bulan April 2021, sedangkan angka produksi mobil Honda turun dari semula 10.539 unit di bulan Maret 2021 menjadi 7.935 unit di bulan April 2021.
Sementara itu, Daihatsu yang menggenggam pangsa pasar atau market share terbesar kedua di pasar otomotif nasional mencatatkan kenaikan produksi dari semula 15.076 unit di bulan Maret 2021 menjadi 15.752 unit di bulan April 2021.
Marketing Director dan Corporate Planning Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM), Amelia Tjandra memperkirakan, krisis chip di rantai pasok global berpotensi mengganggu produksi mobil pemain otomotif.
Meski begitu, Amelia memastikan bahwa sampai saat ini Daihatsu masih melakukan produksi secara normal. “Kami akan terus memonitor model yg mana yang akan kena impact, karena kami menerapkan (strategi) multivendor termasuk unit semikonduktor,” ujar Amelia saat dihubungi Kontan.co.id (20/5).
Senada, Business Innovation and Sales & Marketing PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy mengatakan bahwa pihaknya belum menemui kendala dalam hal pasokan chip sejauh ini. Seiring dengan hal ini, pria yang akrab dengan sapaan Billy itu mengklaim bahwa produksi mobil Honda masih berjalan normal hingga saat ini.
“Penurunan di April vs Maret hanya karena berbedanya jumlah hari kerja,” terang Billy kepada Kontan.co.id (20/5).
Untuk mengantisipasi potensi gangguan, Billy menegaskan bahwa HPM akan terus berdiskusi dengan pihak prinsipal untuk membahas ketersediaan komponen. Catatan saja, sebagian besar pasokan chip HPM diperoleh dari Jepang.
Sementara itu, Vice President Director Toyota-Astra Motor (TAM) Henry Tanoto menyebutkan, sejauh ini pasokan unit mobil dari pihak pabrikan masih sesuai harapan TAM. Hanya saja, Henry mengakui bahwa permintaan dan pasokan beberapa model tertentu tidak seimbang lantaran permintaan yang meningkat pasca pemberlakuan insentif relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
“Ke depan kami akan terus pantau kondisinya dengan berkoordinasi dengan pihak manufacturer untuk bisa melihat apakah akan ada efek langsung untuk jangka menengah dan panjang, dan kira kira berapa besar jika ada,” tutur Henry saat dihubungi Kontan.co.id (20/5).
Jongkie belum menghitung seberapa besar potensi dampak krisis chip di rantai pasok global bagi industri otomotif di Indonesia. Meski begitu, Jongkie berharap agar krisis ini tidak menghambat proyeksi penjualan mobil nasional yang diproyeksi sekitar 750.000 unit pada tahun ini.
Selanjutnya: Hyundai investasi US$ 7,4 miliar di Amerika Serikat untuk memproduksi mobil listrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News