kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit masih seret, bank simpan dana di obligasi pemerintah


Rabu, 09 Juni 2021 / 09:50 WIB
Kredit masih seret, bank simpan dana di obligasi pemerintah

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pandemi, masyarakat tetap percaya menempatkan dananya di perbankan. Namun, lemahnya permintaan kredit membuat buat likuiditas bank semakin jumbo. Hal ini membuat perbankan memarkirkan dananya di surat berharga negara (SBN). 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan Kredit perbankan terkontraksi 2,28% year on year (yoy) menjadi Rp 5.482,2 triliun per April 2021. Sedangkan kepemilikan SBN perbankan mencapai Rp 1.308,4 triliun hingga April 2021. Nilai itu meningkat dibandingkan sepanjang 2020 Rp 1.143 triliun.

“Tentunya, bagaimana kita menggeser ini sebagian ke bentuk kredit. Permintaan kredit mulai meningkat karena salah satunya terkait mobilitas dan kepercayaan masyarakat,” papar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso pada pekan lalu. 

Baca Juga: Bank mulai terapkan tarif MDR 0,5% pada transaksi uang elektronik berbasis kartu

BCA mencatat dana yang diletakkan dalam surat berharga mencapai Rp 208.9 triliun per Maret 2021. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim BCA mencermati penempatan itu sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan. 

“Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat. Likuiditas BCA yang sangat memadai, didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid, serta mempertimbangkan imbal hasil yang baik dan instrumen yang beresiko rendah, diharapkan penempatan surat berharga BCA akan terus meningkat,” kata Vera kepada KONTAN pada Selasa (8/6).

BCA mencermati permintaan kredit masih dalam proses pemulihan karena adanya pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis.  Ia juga melihat bahwa pada umumnya industri saat ini masih mencermati upaya vaksinasi yang dilakukan pemerintah dan tren perkembangan pandemi ke depannya. 

BCA berharap pertumbuhan kredit akan tumbuh di kisaran 4 %hingga 6% pada tahun ini. Hal ini ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi sehingga dapat mendorong permintaan kredit. 

Baca Juga: Begini perlindungan nasabah fintech ala LPS

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyebut penempatan dana di SBN cenderung menurun. Lantaran beberapa SBN yang telah jatuh tempo dan bersamaan ada jatuh tempo beberapa kewajiban BRI seperti Obligasi yang diterbitkan. 

“Sehingga utilisasi atas likuiditas dari SBN yang jatuh tempo digunakan untuk membayar kewajiban BRI tersebut.Namun demikian, seiring dengan mulai pulihnya perekonomian, tren penyaluran kredit kami proyeksikan mulai tumbuh dengan baik,” jelasnya ke KONTAN. 

Namun Ia melihat permintaan kredit belum dapat mengimbangi pertumbuhan simpanan BRI. Ini akan membuat tren penempatan pada SBN naik secara terbatas menyesuaikan dengan kecepatan pertumbuhan pinjaman.

“Menurut hasil riset yang dilakukan BRI, faktor utama pendorong pertumbuhan kredit yakni konsumsi dan daya beli masyarakat. Oleh karenanya, untuk memacu pertumbuhan kredit tahun ini, BRI terus berkomitmen menjadi partner strategis pemerintah dalam menyalurkan berbagai stimulus atau bantuan,” tambahnya. 

Baca Juga: LAR di level 28,84%, begini upaya BRI mempertahankan kualitas kredit

Ia berharap berbagai stimulus tersebut akan meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat sehingga mampu meningkatkan permintaan kredit nasional. BRI pun akan tetap fokus menyasar UMKM lewat kredit yang dijamin (KUR).

Sedangkan Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri tunjuk Rudi As Aturridha menyebut penempatan dana di surat berharga sebesar Rp 208,98 triliun (bank only) per April 2021. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan periode tahun lalu

“Sehubungan dengan hal itu, penempatan di instrumen surat berharga dilakukan sebagai strategi pengelolaan likuiditas di tengah permintaan kredit yang masih dalam tahap pemulihan. Ke depan, lewat implementasi program vaksinasi dan stimulus yang digagas Pemerintah dan regulator, diharapkan kondisi ekonomi Indonesia dapat segera pulih dan permintaan kredit mulai bergerak,” pungkasnya.

Selanjutnya: OJK perpanjang relaksasi restrukturisasi kredit, BCA apresiasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×